PALESTINA–Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) pada Rabu (14/10/2020) mengaku sangat prihatin dengan rencana pembongkaran sekolah dasar Palestina oleh militer Israel di komunitas penggembala Ras al-Tin di Tepi Barat. Sekolah tersebut merupakan bantuan dari Uni Eropa.
“Anak-anak paling rentan akibat pendudukan. Hidupnya sudah sangat sulit, dan seharusnya Israel punya kewajiban untuk memastikan anak-anak Palestina mendapatkan pendidikan dan layanan dasar mereka,” kata Direktur Regional NRC, Carsten Hansen.
BACA JUGA: Yahudi Simpan Bom di Sekolah Palestina dan Gerbang Masjid Ibrahimi
“Sebaliknya, Israel malah menggunakan kekuatannya untuk menghancurkan sekolah-sekolah dan menolak hak dasar anak-anak Palestina mendapatkan pendidikan dan membuka jalan bagi perluasan pemukiman ilegal,” tambahnya.
Sekolah bantuan Eropa tersebut melayani 50 siswa, dari kelas satu hingga enam. Rata-rata muridnya berasal dari komunitas Ras al-Tin, sebelah timur kota Ramallah, Tepi Barat.
Beberapa negara anggota Uni Eropa telah memberikan dana kemanusiaan untuk pembangunan sekolah tersebut. Namun militer Israel telah menyita bahan dan peralatan konstruksi sebanyak empat kali antara tanggal 31 Agustus dan 10 September. Tentara menyita atap, meja, dan kursi sekolah, dengan dalih bahwa sekolah tersebut tidak memiliki izin bangunan yang dikeluarkan Israel. Otoritas Israel menolak sebanyak 98 persen permintaan izin membangun di Area C Tepi Barat yang diduduki, tempat sekolah itu berada.
Menurut Education Cluster, Israel telah menghancurkan sebagian atau seluruhnya tiga sekolah di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur sepanjang tahun ini. Selain itu 52 sekolah lainnya berada di bawah ancaman pembongkaran.
BACA JUGA: Pada Peringatan Kematian Yasser Arafat, Israel Serbu Sekolah Palestina
Pada 2019, lembaga ini telah mencatat 328 insiden terkait pendidikan, yang melibatkan pembatasan akses, penyerangan terhadap siswa dan staf, serta perusakan infrastruktur pendidikan, yang berdampak pada 19.913 siswa.
Sejak awal 2020, PBB melaporkan bahwa Israel menghancurkan 555 bangunan di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, memaksa 747 orang mengungsi, termasuk 382 anak dan 2.722 bangunan lainnya terancam dibongkar. Bangunan tersebut mencakup 217 properti tempat tinggal dan 45 fasilitas air, sanitasi dan kebersihan.
Negara-negara donor telah menyediakan 93 bangunan yang hancur atau disita sebagai bantuan kemanusiaan. []
SUMBER: WAFA