SEMANGAT untuk menunaikan haji dan mengunjungi Makkah tidak pernah mati di jantung Muslim Afghanistan. Dengan konflik, krisis kemanusiaan dan kemiskinan yang mencengkeram, pemerintah Afghanistan mengatakan bahwa rakyat harus menghindari haji yang sering.
Terikat oleh adat istiadat dan tradisi di Afghanistan, para calon jemaah haji mengadakan pesta makanan mewah dan menawarkan hadiah saat pulang ke rumah mereka. Hal ini telah meningkatkan biaya haji tiga kali lipat dibandingkan dengan biaya rata-rata yang diperkirakan telah mencapai 2.500 USD per orang.
Kuota tahunan Afghanistan untuk haji tahun ini adalah 30 ribu orang. Menurut penduduk setempat, ribuan warga Afghanistan melakukan perjalanan berulang kali ke Makkah setiap tahun.
Khawatir kritik sosial karena gagal mematuhi tradisi lokal, beberapa orang Afghanistan yang mampu haji, lebih memilih untuk tidak berangkat. Lantaran mereka tidak cukup kaya untuk menjadi tuan rumah pesta makanan dan memberi hadiah –kadang jam tangan mahal bahkan emas.
Sekarang, beberapa orang Afghanistan mendorong berakhirnya praktik ini yang juga dibenci dalam Islam.
Menurut laporan, rakyat Afghanistan kini hanya mengandalkan bantuan internasional, jutaan orang menganggur, dan lebih dari 1,2 juta penduduk negara itu mengungsi karena perang yang panjang. Karena itu, ibadah haji yang berulang tidak perlu dilakukan.
“Mereka yang melakukan haji kedua, ketiga atau keempat, tanpa pembenaran agama, perlu tahu bahwa mereka melakukan kesalahan, atau jika saya dapat mengatakan itu sebuah dosa,” ungkap Fazl Ahmad, seorang penduduk provinsi barat Herat, sambil menunggu dokumen haji, mengatakan kepada Arab News .
“Kami telah meluncurkan sebuah kampanye di lingkungan kami dan di masjid-masjid untuk memberitahu orang-orang bahwa Allah SWT akan jauh lebih senang dengan kami jika kami memberikan uang untuk perjalanan haji yang berulang-ulang, bukan kepada orang miskin dan membutuhkan,” tambah Ahmad. []