MATERI dalam hidup ini memanglah menjadi salah satu hal yang paling diutamakan. Sebab, dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan hidup, membutuhkan materi untuk mendapatkannya. Untuk itu, tak sedikit orang berlomba-lomba mencari materi untuk memenuhi kebutuhan duniawinya.
Meski demikian, apabila sifat wara’ (tidak tamak terhadap harta dan kehidupan dunia) sudah berkurang dari diri seorang muslim, maka nilai agama dalam dirinya pun semakin berkurang. Dan apabila nilai agamanya berkurang, maka ia akan terjerumus ke dalam syubhat (semua perkara yang halal-haramnya diragukan).
Setelah itu, orang seperti itu akan terjerumus ke dalam perkara yang diharamkan agama. Ia pun tidak akan peduli lagi kepada sumber kekayaannya. Apakah bersumber dari yang halal ataukah yang haram.
BACA JUGA: Al-Fuhsy di Akhir Zaman, Apa Artinya?
Feomena ketidakpedulian kepada sumber harta dan kekayaan ini sudah muncul dan terjadi pada zaman ini. Tepat seperti apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW.
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aka tiba satu zaman yang ketika itu orang tidak peduli lagi bagaimana ia mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal ataukah yang haram,” (HR. Bukhari).
Dewasa ini, jika Anda amati, Anda akan mendapati bahwa sebagian besar masyarakat serakah dalam mengumpulkan kekayaan dengan pelbagai cara dari mana saja, baik yang halal maupun yang haram.
Oleh karena itu, sekarang ini banyak sekali kontrak-kontrak kerja yang rusak, dan orang-orang mulai menyepelekan pekerjaan dan jual beli yang barang-barang haram, seperti minuman keras, dan pakaian wanita yang terbuka, atau melakukan riba dan menyewakan tempat usaha kepada orang yang menjalankan usaha haram.
Allah SWT berfirman, “Makanlah dari makanan-makanan yang baik,” (QS. Al-Mu’minun: 51).
BACA JUGA: Keadaan Orang yang Tidak Membayar Zakat di Akhir Zaman
Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka neraka lebih pantas untuk orang yang makan daging seperti ini.
Orang yang bersikap hati-hati dan menghindar dari perkara-perkara syubhat pun nantinya menjadi asing di tengah masyarakat dan menjadi sosok ideal yang luar biasa. Bahkan, nanti, orang yang tidak menerima suap tidak akan bertahan lama dari jabatannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menghindar dari perkara syubhat, maka selamatlah agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia telah terjerumus ke dalam perkara yang diharamkan,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah mencurahkan hidayah kepada kita, dan menetapkan kita selalu berada dalam agama yang diridhai-Nya. []
Referensi: Kiamat Sudah Dekat?/Karya: Dr. Muhammad Al-‘Areifi/Penerbit: Qisthi Press