ALLAH SWT menghidupkan kembali hamba-hamba-Nya. Tetapi, dalam hal-hal tertentu, mereka diciptakan secara berbeda dengan keadaan mereka sewaktu di dunia. Salah satu perbedaan itu ialah bahwa mereka tidak mati-mati, betapa pun mereka disiksa. “Dan kematian mendatanginya dari segala penjuru, tetapi ia tidak mati.”
Al-Hakim meriwayatkan, dengan sanad yang shahih, dari ‘Amr ibn Maimun al-Audy yang berkata, “Muadz ibn Jabal berdiri di tengah-tengah kami, lalu berkata, ‘Wahai Bani Aud, sesungguhnya aku ini utusan Rasulullah SAW. Kalian tahu bahwa kembali itu kepada Allah, kemudian ke surga atau ke neraka, dan di dalamnya tinggal menetap tanpa dapat keluar, kekal tanpa kematian, dalam jasad yang tidak mati-mati’.” Ath-Thabrani juga meriwayatkan hadis serupa dalam al-Kabir dan al-Ausath.
Perbedaan yang lain lagi adalah diperlihatkannya kepada manusia apa yang dahulu mereka tidak lihat. Pada hari itu manusia melihat malaikat dan jin, dan hal-hal yang hanya Allah yang tahu. Juga disebutkan bahwa para penghuni surga tidak meludah, tidak buang air besar, dan tidak buang air kecil.
Ini tidak berarti bahwa orang-orang yang dibangkitkan pada hari pembalasan adalah makhluk lain, bukan makhluk yang dahulu di dunia. Ibn Taimiyya mengatakan:
Kedua bentuk itu merupakan dua macam dari satu jenis; keduanya sama dan serupa dari satu segi dan berbeda dari segi yang lain. Karena itu, bentuk kembali adalah bentuk asal itu sendiri, dan juga serupa. Ungkapan bahwa bentuk asal sama dengan bentuk kembali berarti keduanya itu-itu juga, dan ungkapan perbedaan antara dua bentuk itu berarti bentuk kembali serupa dengan bentuk awal. Begitulah setiap yang dikembalikan; “pengembalian” mengharuskan adanya bentuk asal dan bentuk kembali. []
Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi