BEBERAPA bulan setelah wafatnya sang istri, Buya Hamka kembali beraktivitas seperti biasa.
Selain melaksanakan ibadah wajib, beliau juga mengisi kuliah subuh, rekaman ceramah, menulis buku, dan sebagainya.
Sang putra, Irfan Hamka yang beberapa hari ini memerhatikan ayahnya, merasa heran.
BACA JUGA: Terlena, Puisi oleh: Buya Hamka
Jika sedang sendiri Buya suka menyenandungkan Kaba (sastra tradisional Minangkabau) dengan suara lirih dan pelan. Ada kerinduan yang hadir dalam senandung itu, semilir, mesra, merdu, dan syahdu.
Setelah itu, Buya mengambil wudhu dan melaksanakan shalat. Lalu Buya membaca Al-Quran hingga beberapa waktu, dan tidak berhenti sebelum kantuk menyapanya.
Biasanya Buya membaca Al-Quran hingga 2 sampai 3 jam sekali duduk. Buya bisa menghabiskan waktu 5 sampai 6 jam dalam sehari untuk membaca Al-Quran.
Merasa penasaran dengan apa yang dilihatnya selama ini, Irfan lantas bertanya, “Ayah, kuat sekali ayah membaca Al-Quran?”
“Kau tahu, Irfan,” jawab Buya Hamka, “Ayah dan Ummi telah berpuluh-puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah Ayah melupakan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung.”
“Namun,” lirih Buya Hamka, “bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalat taubat 2 rakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupaya mengalihkannya dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata-mata kepada Allah.”
Kembali Irfan bertanya, “Mengapa Ayah sampai harus melakukan shalat Taubat?”
BACA JUGA: Kata-kata Bijak Terbaik Buya Hamka
“Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah shalat Taubat terlebih dahulu.”
Masya Allah..
Di sini Buya Hamka mengajari kita arti cinta yang sesungguhnya, mengelola jiwa agar tertata, dan mengolah rindu yang bersemayam dalam qalbu.
Rasa cinta pada manusia jangan sampai mengalahkan cinta pada Allah Swt, dan rasa rindu yang bertalu jangan sampai melalaikan hati, hanyut terbawa perasaan, dan jauh dari mengingat Rabb Semesta Alam. Rindu yang ada mestilah kian mendekatkan diri pada Allah dengan penghambaan yang sempurna. []
Bandung, 17 Ramadhan 1442 H.