DALAM ajaran Islam, tamu memiliki kedudukan yang mulia lagi utama. Karena kedudukannya yang mulia lagi utama, ajaran Islam memerintahkan umatnya untuk memuliakan tamu.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya,” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Oleh karena itu, memuliakan tamu merupakan bagian dari syariat Islam. Para ahli hukum Islam, seperti Imam Malik, Imam Syafii, dan Abu Hanifah, memandang bahwa memuliakan tamu sebagai sunah, sementara al-Laits dan Imam Ahmad melihatnya sebagai wajib.
Orang yang memuliakan tamu menjadi pertanda akan komitmennya terhadap syariat Islam, mengikuti akhlak nabi dan mempraktikkan tatakrama orang-orang yang mulia. Demikian yang dikatakan oleh para pakar hadis, seperti Ibn Hajar al-Asqalani, Imam al-Nawawi, dan al-Manawi.
Oleh karena itu, ketika kita mempraktikkan syariat memuliakan tamu ini maka kita akan mendapatkan keutamaan dan hikmah yang besar.
Pertama, mendapatkan pahala, yakni rahmat dan ampunan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Tamu datang dengan membawa rezekinya dan pergi dengan menghapus dosa-dosa kalian, dan Allah menghapus dari dosanya dan dosa-dosa kalian,” (HR Abu Syaikh).
Selain itu, Ibnu Abas ra mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Jika ada tamu masuk ke dalam rumah seorang Mukmin, akan masuk bersama tamu itu seribu berkah dan seribu rahmat. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap kali suap makanan yang dimakan tamu seperti pahala haji dan umrah.”
Selain itu, dalam hadis riwayat Mu’adz Ibnu Jabal r.a, “Tidak ada satu rumah pun yang dikunjungi oleh tamu, kecuali Allah Tabaarak wa Ta’ala mengutus ke rumah tersebut satu malaikat, yang menyerupai burung selama 40 hari sebelum tamu itu sampai. Malaikat itu akan menyeru, ‘Wahai pemilik rumah si fulan ibn si fulan, tamu kalian akan datang pada hari ini dan itu. Sedangkan balasan dari Allah adalah ini dan itu.’ Para malaikat yang diwakilkan untuk menjaga rumah itu berkata, ‘Balasan apa lagi yang akan diterima?’ Maka keluarlah malaikat tadi kepada mereka dengan membawa sebuah catatan yang tertulis, ‘Allah telah mengampuni penghuni rumah tersebut meskipun jumlah mereka seribu’.
Memuliakan tamu bisa diwujudkan dengan menyambut kedatangan tamu penuh dengan keimanan, keikhlasan, dan kebahagiaan, yang direalisasikan dengan air muka yang jernih dan menyenangkan selama ia berada di tempat kita dan membicarakan yang baik-baik dengan dia.
Selain itu, juga mendudukkannya (menempatkannya) di tempat yang baik, melayaninya, dan menyiapkan makan-minum serta keperluannya. Ulama terkemuka Imam Ghazali berkata, “Setiap kali seseorang menemuimu, maka sediakanlah keperluannya dan siapkan diri untuk menjamunya. Namun, jika kamu menemui seseorang, janganlah merepotkan tuan rumah.” Wallahu’alam. []
Sumber: Khazanah