BILA ada perenungan dari kisah kematian, begitu pula pada pernikahan. Sebab hakikat setiap momen yang kita lalui adalah kejadian-kejadian pelahir ajar. Mengantar pesan kepada siapa saja yang melihat, mendengar ataupun merasakannya.
Bagi kita makhluk Allah yang dianugerahi rasa, tak memungkiri adanya debar-debar kala mencicip bahkan menelan pengalaman cinta sebelum waktu tepatnya. Menjadi bandar PHP (Pemberi Harapan Palsu) atau korban PHP (Penikmat Harapan Palsu) merealita di setiap kalangan. Siapa gerangan tidak merindu kasih sayang dan perhatian lebih saat hari-hari terlampaui sepi?
Namun sungguh bukan hanya rasa pemberian Allah. Tapi juga amanah akal sebagai pembeda kita dengan makhluk lainnya. Maka adakah ia membawa kita pada status ulil albab yang berkali-kali tersebut dalam Kalam-Nya? Terinci sebagai mereka yang beriman; ahlu dzikir dan pikir, pemburu hikmah dan berkah. Yang memperkokoh tauhidnya. Yang memahami Al Qur’an, hadits juga atsar sebagai peringatan paripurna untuk menjaga diri [*]. Lantas mampu membedakan, fitrah atau syahwahkah?
Dari kisah pernikahan, ada bimbing tentang persiapan menujunya. Bahwa menikah tidak lah asal suka. Melainkan persiapan mental untuk lahir batin sabar membimbing dan syukur menerima yang membuah saling percaya. Persiapan raga untuk perjuangkan kewajiban serta penuhi hak pasangan. Pun tentu, persiapan materi guna persembahkan mahar dan penghidupan selanjutnya.
Dari kisah pernikahan, ada didik tentang penjagaan hati. Bahwa adalah kuasa Allah Yang mempertemukan jiwa dari arah tiada duga. Mengikat dua hati yang ditakdirkan mencintai hanya sebab detik pengucapan akad. Mempersatukan asa dan perjuangan dalam pelengkapan diin hanya sebab menit kecup pertama pada kening dan tangan.
Dari kisah pernikahan, ada tuntun tentang kesungguhan tekad. Bahwa menikah ialah komitmen. Sebesar apa pun kendala menujunya, bila yakin telah berpadu dengan sujud pinta pertolongan serta upaya yang menerus, tiada sanggup dan kekuatan kecuali dari Allah. Yakin, Allah memudahkan urusan hamba yang ingin menjalankan syari’at-Nya.
Dari kisah pernikahan, ada asuh tentang kepasrahan. Bahwa adalah doa terindah damba ilmu Allah ketika fakirnya pengetahuan. Meminta petunjuk langkah dari ketetapan-Nya yang berujung keputusan indah. Mebina jiwa kembalikan perkara pembangunan cinta pada Sang Maha mencintai.
Bila ajar di atas yang didapati dari kisah kerabat dan kawan, semoga kita dimudahkan ‘tuk senantiasa menjaga Allah dalam pemeliharaan sabar dan iffah. Aamiin. []
[*] Ispired by Salim A Fillah