Oleh: Sherly Agustina, M.Ag
Member Revowriter Cilegon
nafisasyaima84@gmail.com
“Barangsiapa mengumpulkan harta dengan tidak sewajarnya (tidak benar) maka Allah akan memusnahkannya dengan air (banjir) dan tanah (longsor),” (HR. Al-Baihaqi)
JIKA membaca hadits di atas tentu jadi bahan muhasabah bagi manusia. Bahwa apa yang terjadi tidak lepas dari kehendakNya.
Dan apapun yang menimpa berupa keburukan dalam pandangan manusia adalah akibat ulah perbuatan manusia.
Bukan tanpa maksud mengapa Allah menghendaki musibah. Bisa sebagai ujian dan teguran agar manusia ingat pada Allah dan kembali padaNya. Mungkin manusia sudah terlampau jauh dariNya sehingga Allah cemburu ingin manusia mendekatiNya.
BACA JUGA: Yakinlah akan Selalu Ada Kemudahan di Setiap Musibah
Allah Swt berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
‘Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. Asy-Syuro: 30).
Dijelaskan di dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya’qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ayyub yang mengatakan bahwa ia membaca di dalam kitab Abu Qilabah yang menyebutkan bahwa ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.:
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 7-8)
Diturunkan saat Abu Bakar r.a. sedang makan, lalu ia menghentikan makannya dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku selalu mengetahui apa yang aku kerjakan berupa kebaikan atau keburukan.”
Rasulullah Saw. menjawab: “Tidakkah engkau melihat apa yang engkau lihat berupa perkara yang tidak kamu sukai (menimpa dirimu) itu merupakan beban dari sezarrah keburukan, kemudian dimasukkan ke dalam timbangan kebaikan, hingga engkau mendapatkannya di hari kiamat nanti.”
Lalu disebutkan Abu Idris pernah mengatakan, bahwa ia melihat hal yang semakna yang menguatkannya di dalam Kitabullah, yaitu melalui firman-Nya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30)
Selain itu di dalam Tafsir Jalalain dijelaskan:
“(Dan apa saja yang telah menimpa kalian) khithab (seruan) ayat ini ditujukan kepada orang-orang mukmin (berupa musibah) berupa malapetaka dan kesengsaraan (maka adalah karena perbuatan tangan kalian sendiri) artinya, sebab dosa-dosa yang telah kalian lakukan sendiri.”
Diungkapkan bahwa dosa-dosa tersebut dikerjakan oleh tangan mereka, hal ini mengingat, bahwa kebanyakan pekerjaan manusia itu dilakukan oleh tangan (dan Allah memaafkan sebagian besar) dari dosa-dosa tersebut, karena itu Dia tidak membalasnya.
Allah Maha Mulia dari menduakalikan pembalasan-Nya di akhirat.
Adapun mengenai musibah yang menimpa kepada orang-orang yang tidak berdosa di dunia, dimaksudkan untuk mengangkat derajatnya di akhirat kelak.
Dari penjelasan di atas maka bisa dipahami bahwa apapun yang manusia lakukan akan kembali kepadanya, kebaikan ataupun keburukan.
https://www.youtube.com/watch?v=KRCV6c_7swg&t=24s
Namun, walaupun manusia banyak melakukan kesalahan Allah Swt Maha Pemaaf dan Pengampun atas semua kesalahan yang dilakukan oleh manusia.
BACA JUGA: Nikmat dan Musibah, Lebih Banyak Mana?
Dan musibah yang terjadi bagi orang-orang yang tidak berdosa adalah untuk mengangkat derajatnya di akhirat kelak.
Maha Suci Allah dengan segala FirmanNya sebagai petunjuk bagi seluruh alam. Semoga kita termasuk hambaNya yang senantiasa bermuhasabah saat ditimpa musibah. Sehingga semakin menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Allahu A’lam bi Ash Shawab. []