KITA mungkin cenderung akan merasa risih dengan istilah kata yang satu ini. Ya, khususnya bagi kaum wanita yang pada dasarnya tidak ingin dimadu atau dengan kata lain dipoligami. Namun, Rasulullah SAW melakukan hal tersebut pada semasa hidupnya. Nah, hal inilah yang menjadi kontroversi di kalangan kita saat ini, terutama bagi orang-orang yang memang tidak menyukai Islam dan adanya poligami.
Salman Rushdie, penulis buku kontroversial “The Satanic Verses” menyebutkan dalam tulisannya bahwa Muhammad itu tipe laki-laki maniak. Hal ini, menurutnya, bisa dibuktikan dengan jumlah perempuan (istri) dia nikahi yang mencapai 11 orang.
BACA JUGA: Hikmah Poligami yang Mengharukan (2)
Salman Rushdie mewakili suara orang-orang yang melihat dengan ‘sebelah mata’ tentang dienul Islam. Buku The Satanic Verses yang laris di kalangan masyarakat Eropa dan Amerika, itu semakin menambah semangat kebencian mereka terhadap Islam, terutama yang menyangkut masalah pernikahan seorang laki-laki terhadap beberapa orang perempuan (poligami).
Ironisnya, dikalangan internal kaum Muslimin sendiri masih terdapat orang-orang yang tidak atau belum memahami hikmah dan latar belakang dibolehkannya poligami. Opini publik yang berkembang kerap menyudutkan pelaku poligami dan mengancam perilaku yang disebut-sebut “tidak pernah mendatangkan keadilan” ini. Lebih-lebih peran media massa, elektronik dan cetak, yang ‘memprovokasi’ jahatnya poligami. Cerita-cerita diungkap lewat film/ sinetron, pengalaman pahit, hingga lagu-lagu sendu menolak poligami.
Poligami Rasulullah SAW
Rasulullah sepanjang kenabiannya menikah dengan 11 istri. Dari 11 istri tersebut hanya satu perempuan yang ketika dilamar oleh beliau berstatus gadis. Dia adalah ‘Aisyah binti Abu Bakar. Selain ‘Aisyah semuanya berstatus janda.
Khadijah binti Khuwailid, misalnya, adalah istri pertama Rasulullah yang ketika mnikah dengannya yang berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Khadjah sebelumnya menikah dengan ‘Atiq bin ‘A’idz kemudian Abu Halah (keduanya meninggalkan seorang dan dua orang anak).
Istri kedua Rasulullah adalah Saudah binti Zam’a. Ia seorang janda asy-syahid Sukran bin ‘Amr, sahabat yang meninggal di tanah hijrah Abyssina. Tak lama Saudah kembali ke Mekkah, Khadijah wafat. Dan pada bulan itu pula (Syawal 1 H), Rasulullah melamar Saudah.
Beberapa hari setelah menikah dengan Saudah, Rasulullah pun diterima lamarannya oleh Abu Bakar guna menikahi putrinya (‘Aisyah). Padahal ketika itu ‘Aisyah masih sangat beliau. Sehingga ia hampir setahun tinggal bersama dengan kedua orangtuanya. Setelah itu baru hidup berumah tangga dengan Rasulullah.
Istri keempat Rasulullah adalah Hafshah binti ‘Umar. Ia merupakan salah seorang putri Umar bin Khaththab. Khunais bin Hudzafah, suami Hafshah syahid di medan Uhud. Hafshah yang menjanda kemudian ditawarkan Umar kepada Abu Bakar, tidak menjawab, dan Utsman bin Affan yang kebetulan sedang ditimpa musibah kematian istrinya minta maaf. Umar kemudian mengadukan masalah ini kepada Rasulullah, sehingga Rasulullah pun menikahi Hafshah.
Pada bulan Ramadhan 3 H Rasulullah menikah dengan Zainab binti Khuzaima. Ia ditinggal suaminya, ‘Ubaidullah bin al-Harits, yang syahid di medan Badr. Namun, ia hanya hidup bersama Rasulullah selama delapan bulan, karena pada usia ke-30 tahun ia meninggal dunia. Zainab dan Khadijah adalah dua orang istri Rasulullah yang meninggal ketika beliau masih hidup.
Tak berselang lama saat Zainab wafat, pada akhir Syawal 4 H Rasulullah menikah dengan Ummu Salman binti Abu Umayyah. Ia adalah istri dari Abdullah bin Abdul Asad yang syahid karena luka-luka berat dalam perang Uhud. Ummu Salman dan Abdullah dikaruniai 4 anak. Ummu Salman beserta anaknya menempati kediaman Zainab yang belum lama meninggal itu.
BACA JUGA: Nasihat bagi Mereka yang Merindu Poligami
Rasulullah menikah lagipada bulan Dzul Qa’dah 5 H. Zainab binti Jahsy yang diceraikan Zaid bin Haritsa (anak angkat Rasulullah), saat itu berusia 35 tahun. Menjadi istri Rasulullah, ia dikenal banyak bersedekah kepada orang-orang miskin, dan sering berpuasa. Masih dalam tahun yang sama, Rasulullah menikahi putrid Harits, pemimpin Bani Mushthaliq, yaitu Juwairiyah binti al-Harits, 20 tahun. Sebelumnya ia menikah dengan Musafi’ bin Shafwan. Ia menjadi tawanan perang dalam Perang Muraisi’ yang ditebus oleh Rasulullah dan memperistrikannya. []
BERSAMBUNG
Sumber: Majalah Saksi Kawin Lagi, Nafsu atau Dakwah?/Januari Tahun 2000