- Sekelompok biksu radikal di Sri Lanka serang kamp pengungsi Rohingya.
- Kelompok biarawan mendesak warga setempat bergabung dan mengusir Rohingya.
COLOMBO—Sekelompok biksu radikal menyerang kamp penampungan milik PBB di dekat ibu kota Sri Lanka, yang dihuni oleh pengungsi Rohingya.
Akibat serangan tersebut dua anggota polisi terluka, sementara sebanyak 31 pengungsi Rohingya –termasuk 16 anak-anak- harus dievakuasi ke tempat lainnya.
Seorang petugas polisi dengan identitas anonim mengatakan, serangan itu dipimpin kelompok biarawan berpakaian kuning. Mereka berusaha menghancurkan pagar dan memanjat dinding bangunan.
Kelompok biksu radikal tersebut melempari batu ke kamp pengungsi, dan merusak fasilitas yang ada di dalamnya. Sejauh ini tidak ada laporan korban dari antara kelompok pengungsi, termasuk 16 anak-anak.
“Kami berhasil membendung para pelaku penyerangan, sementara pengungsi Rohingya akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman,” kata pejabat yang menolak menyebutkan namanya seperti dilansir AFP, Rabu (27/9/2017)
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, kelompok radikal Jathika Balamuluwa (Tentara Nasional Sinhala) menyerukan orang-orang untuk bergabung dengan mereka dan ikut menghancurkan kamp penampungan Rohingya tersebut.
Dalam video itu para biksu menyebut Rohingya sebagai teroris yang telah membunuh biksu buddaha di Myanmar.
“Mereka ini adalah teroris Rohingya yang membunuh biksu Buddha di Myanmar,” kata biksu itu dalam pernyataannya sambil menunjuk ibu-ibu Rohingya yang tengah memeluk anak kecil.
Pihak Polisi mengungkapkan bahwa mereka akan menangkap provokator serangan tersebut dengan melihat rekaman video media lokal.
Diketahui, sebanyak 31 pengungsi Rohingya diselamatkan angkatan laut Sri Lanka pada Mei lalu setelah ditemukan mengapung di sebuah kapal di perairan di utara pulau itu.
Pejabat mengatakan mereka akan dipindahkan ke negara ketiga dan diizinkan tinggal di Sri Lanka sambil menunggu dokumen diproses.
Sementara itu, para biksu Buddha Sri Lanka ditenggarai memiliki hubungan dekat dengan rekan-rekan ultra-nasionalis mereka di Myanmar. Keduanya dituduh mendalangi kekerasan terhadap minoritas Muslim di kedua negara tersebut.
Sekitar 480 ribu Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar akibat mengalami gelombang kekerasan serta operasi militer di negara bagian Rakhine.
Muslim Rohingya telah menjadi sasaran penganiayaan dan diskriminasi di negara dengan mayoritas penganut Buddha itu. []