ADA seorang Syekh yang mengajari murid-muridnya Aqidah (Iman). Dia mengajari mereka ‘La ilaha illa Allah’ dan menjelaskan artinya bagi mereka.
Syaikh suka memelihara hewan peliharaan, sehingga ia diberi burung beo oleh salah satu muridnya sebagai hadiah.
Seiring berjalannya waktu, syekh mulai menyukai burung beo itu. Dia biasa membawannya dalam pelajaran, sampai burung beo itu tahu bagaimana mengucapkan “La ilaha illa Allah”. Bahkan, burung beo itu mampu mengucapkannya siang dan malam.
BACA JUGA: Kisah Ulama dan Burung Kakak Tua
Suatu hari para murid menemukan Syekh mereka menangis. Ketika mereka menanyakan alasannya, dia memberi tahu mereka bahwa seekor kucing telah menyerang dan membunuh burung beo itu.
Mereka berkata, “Apakah ini alasan Anda menangis?… Jika Anda ingin kami akan membawakan Anda burung beo lain yang lebih baik dari yang itu.”
Syekh berkata, “Aku tidak menangis karena ini… Tapi itu membuatku menangis ketika kucing itu menyerang burung beo. Dia berteriak dan menjerit sampai mati. Dia sering mengucapkan la ilaha illa Allah.
Namun, ketika dia diserang oleh kucing dia lupa mengatakannya. Dia tidak melakukan apapun selain berteriak!
Karena dia biasa mengatakannya dengan lidahnya saja, dan hatinya tidak mempelajarinya, jadi dia tidak merasakannya!”
BACA JUGA: Kisah Petani yang Membuang Batu
Kemudian Syekh berkata, “Aku takut menjadi seperti burung beo ini, menjalani hidup dengan mengucapkan la ilaha illa Allah dengan lidah kita, tetapi ketika kematian datang kita melupakannya karena hati kita tidak mengetahuinya.”
Mendengar penjelasan itu, murid-muridnya pun mulai turut menangis karena takut tidak jujur dalam mengucapkan “La ilaha illa Allah”. []
SUMBER: ISLAM HASTAG