• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 9 Mei 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Wacana

Di Ujung Jalan, Selalu Ada Jalan (1)

Oleh Ari Cahya Pujianto
5 tahun lalu
in Wacana
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Doa untuk Bayi Baru Lahir dalam Islam, Bayi yang Bisa Berbicara

Foto hanya ilustrasi | Pinterest

0
BAGIKAN

Oleh: Saad Saefullah

KEMARILAH sejenak, saya ingin menceritakan sesuatu kepada Saudara. Jika Saudara berkenan mendengarkan, saya baru saja melewatkan sebuah badai besar, pengalaman batin yang sangat dalam, dalam hidup saya. Perihnya tak terkira, ngerinya tak terbayang.

Pada Sabtu malam, 23 September 2011, bayi kami yang baru berusia tiga pekan, menangis tanpa henti. Menangis keras selama berjam-jam. Pada pukul 03.00 dini hari, tangisnya berhenti. Kami lega. Tapi perutnya keras sekali. Kembung. Kami membawanya ke rumah sakit di kota kami. Panas biasa, begitu kata dokter. Itu sore hari. Panas dan kembungnya terus menghebat. Tangisnya kembali pecah tanpa henti. Jam 01.00 dini hari, kami membawanya ke rumah sakit yang lain. Diagnosis dan obat yang sama.

Selang dua jam, kami bawa ke rumah sakit satunya lagi. Sama juga. Tapi bayi kami tak berhenti menangis. Jam 06.00 pagi, kami membawanya ke dokter keluarga—karena dua hari sebelumnya ia berada di luar kota. “Ini sepsis,” ujar bu dokter. “Harus dibawa ke rumah sakit besar. Saya rujuk ya ke Hasan Sadikin. Sekarang juga.”

ArtikelTerkait

O Ternyata Ini 3 Arti Istilah “Nggak Ada Obat”!

Damaskus Jatuh, Basyar Al-Assad Dilaporkan Kabur; Akhir 50 Tahun Kekuasaan Keluarga Assad?

Ga Bisa Baca Hadist

Gendong Ala Drakor

BACA JUGA: Nasi Goreng

Kami mulai panik. Kami sudah tidak tidur selama dua hari.

Saya langsung menelefon karib saya yang punya mobil. Kami berangkat ketika itu juga dengan menggunakan mobilnya. Bayi kami di belakang masih terus menangis. Mungkin Saudara bisa bayangkan, ada banyak hal yang bergumul dan bertubrukan dalam kepala saya ketika itu; bayi yang sakit (entah apa itu sepsis—namanya pun baru saya dengar!), anak kedua yang melambaikan tangannya ketika kami pamit berangkat ke Bandung karena tidak mungkin membawanya, dan anak pertama yang masih di sekolahannya. Saya masih terus menangis jika mengingat momen pada detik itu, Saudara.

Di Bandung, ada sekitar lima dokter yang langsung menangani bayi kami. Bergantian. Mereka memarahi kami, “Ini penyakit gawat, mengapa baru dibawa sekarang?”

Saya terdiam—tidak tahu seberapa gawat penyakit itu.

Istri saya sudah sejak tadi membeku. Ia hanya bertindak apa yang perlu dan harus dilakukan terkait bayi kami—tanpa ada satupun kata dari mulutnya.

Pada pukul 16.00 sore, dokter kepala yang masih muda menghampiri saya untuk segera mencari ruang NICU (Neonate Intensive Care Unit—merupakan unit perawatan intensif untuk bayi baru lahir (neonatus) yang memerlukan perawatan khusus misalnya berat badan rendah, fungsi pernafasan kurang sempurna, prematur, mengalami kesulitan dalam persalinan, menunjukkan tanda tanda mengkhawatirkan dalam beberapa hari pertama kehidupan). Segera. Ketika itu juga. Jika tidak, bayi itu mungkin tak bisa bertahan hidup.

Saya bertanya, “Dokter, mohon jujur kepada kami, seberapa parah dan seberapa bisa bayi kami bertahan hidup?”

Advertisements

Dokter memandangi kami. Saya balas memandangnya.

“Menurut hitungan medis, hanya 25%…” ujarnya.

Saudara yang budiman, ketika itu bayi kami kondisinya sudah mengkhawatirkan. Selang sudah terjulur dimana-mana di sekujur tubuhnya. Dari mulut, telinga, hidung, kemaluan, dan anusnya, terus keluar kotoran. Kata dokter, ada ususnya yang bocor sehingga semua lubang di tubuhnya dipaksa untuk mengeluarkan kotoran tubuh. Saya beristighfar tak henti-hentinya.

Pada pukul 17.00 WIB sore, dokter mengatakan bagaimanapun caranya, ruang NICU itu harus segera tersedia. Kondisi anak kami sudah harus dipantau dengan mesin 24 jam penuh. Saya dengan teman saya segera menyusuri rumah sakit yang ada di Bandung, karena NICU di Hasan Sadikin sudah terisi semua.

Kami mulai dari rumah sakit terdekat. Agak dekat. Jauh. Agak jauh. Sangat jauh. Tapi seantero Bandung, semua ruang NICU rumah sakit sudah terisi penuh. Saya tertidur dengan perasaan yang sangat gundah. Batin saya menangis hebat ketika itu. Tapi Saudara, saya sempat berkata dalam hati, entah betul atau tidak, “Saya tidak boleh menyerah.”

Di rumah sakit terakhir yang kami datangi, petugas administrasi mengatakan bahwa tak ada lagi ruang NICU yang kosong. Saya melayang serasa tak berpijak. Istri saya sudah menelefon berkali-kali menyampaikan pesan dari dokter bahwa bayi kami harus secepatnya dibawa ke ruang NICU. Itu sudah jam 21.00 malam.

Saya merasa ingin menangis keras sekali. Atau entah apalagi lah. Petugas administrasi tiba-tiba mengatakan, “Pak, di cabang kami di Pasteur ada kamar yang kosong. Cepatlah ke sana.”

BACA JUGA: Kamu Lagi Punya Masalah?

Saya dan teman saya segera ke sana. Pukul 22.00 malam. Saya booked kamarnya. Bayi kami masuk pukul 23.00. Kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Tangisnya sudah semakin tak terdengar. Kami dipisahkan dari bayi kami. Pukul 02.00 dini hari, saya dan istri baru bisa tertidur. Itupun karena tidak kami sadari.

Shubuh saya terbangun. Setelah mandi—kami tidak mandi selama dua hari, Saudara—saya dan istri tertidur lagi di kursi tunggu depan ruangan NICU bayi kami. Pukul 10.00, dokter Ali Usman yang menangani bayi kami berkata kepada saya dan istri, “Ini sudah di luar kuasa medis. Ini wilayah Allah SWT. Sejak tahun 1980, tak pernah ada bayi yang selamat oleh penyakit ini. Bapak dan Ibu banyak berdoa saja.”

Dr. Ali Usman tak pernah tersenyum dan bercanda kepada kami. Ia berbicara seperlunya saja. Kami menganggapnya ayah. Sekilas kami melihat bayi kami di dalam inkubator. Ia masih sama dengan pertama kali masuk ke ruang NICU.

Saudara, dalam hati, saya berkata kepada diri saya sendiri, “Selama masih bisa berjalan, walau harus merangkak, ayah berjanji akan terus berusaha dan tak akan pernah berhenti mengharapkan keajaiban untuk kamu.” Singkat. Getir. Sakit. Namun penuh harap. []

BERSAMBUNG

Tags: BayiNoteoperasisepsis
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Tangani Pandemi, WHO Minta Negara di Dunia Fokus pada 4 Hal Ini

Next Post

Kemuliaan

Ari Cahya Pujianto

Ari Cahya Pujianto

Hanya Pemuda Akhir Zaman yang Berharap Ridha dan Ampunan Allah Swt

Terkait Posts

Nggak Ada Obat, Potongan Rambut Laki-laki yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam

O Ternyata Ini 3 Arti Istilah “Nggak Ada Obat”!

13 Desember 2024
Damaskus

Damaskus Jatuh, Basyar Al-Assad Dilaporkan Kabur; Akhir 50 Tahun Kekuasaan Keluarga Assad?

8 Desember 2024
Kitab Taurat, Hadist, Bani Israil

Ga Bisa Baca Hadist

10 Agustus 2024
Sikap Suami yang Harus Disyukuri Istri, , Nikah, Tips yang Harus Dikuasai Istri Agar Suami Betah di Rumah, Sifat Istri yang Mendatangkan Rezeki bagi Suami, Drakor

Gendong Ala Drakor

10 Agustus 2024
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Penyebab Matinya Hati

Penyebab Ngantuk tapi Tak Bisa Tidur

Oleh Haura Nurbani
9 Mei 2025
0

Cara Membentengi Diri, Janji Allah dalam Al-Quran, Sebab Al-Quran Diturunkan secara Bertahap,Tafsir. Qiroat, Hukum Muslim yang Tak Bisa Baca Al-Quran, Al-Quran

Kenapa Kita Harus Paksakan Diri untuk Membaca Al-Quran

Oleh Haura Nurbani
9 Mei 2025
0

Tahajjud, Amalan di Pagi Hari, Shalat Taubat, Renungan, Tahajjud, Shalat Malam

Apakah Engkau Sulit Melakukan Shalat Malam?

Oleh Dini Koswarini
9 Mei 2025
0

pekerjaan rumah, anak, sukses

Anak Rajin Bantu Pekerjaan Rumah, Benarkah Lebih Sukses di Masa Depan?

Oleh Yudi
9 Mei 2025
0

perawan

7 Penyebab Banyak Gadis Sudah Tidak Perawan di Zaman Sekarang

Oleh Yudi
9 Mei 2025
0

Terpopuler

Penyebab Kanker Prostat yang Sering Diremehkan Lelaki

Oleh Dini Koswarini
8 Mei 2025
0
Penyebab Perut Bunci pada Laki-laki, Cara Mengecilkan Perut yang Buncit, Akibat Menahan Kentut, Penyebab Gagal Ginjal, Perut Buncit, Perut Buncit, Perut Kembung, Fakta Diabetes, Cara Menyembunyikan Perut yang Buncit, Gemuk, Penyebab Kanker Prostat

Ada beberapa penyebab kanker prostat yang sering diremehkan para lelaki. 

Lihat LebihDetails

Apa Dampaknya Jika Minum Kopi Setiap Pagi? Ini Penjelasannya

Oleh Yudi
8 Mei 2025
0
kopi

Salah satu manfaat paling umum dari kopi adalah kandungan kafeinnya yang dapat meningkatkan kewaspadaan dan fokus.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Kenapa Seorang Muslim Gelisah dan Resah di Pagi Hari?

Oleh Dini Koswarini
7 Mei 2025
0
Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Pagi Hari, Ciri Diabetes di Usia Muda, Muslim

Berikut beberapa alasan mengapa seorang Muslim bisa merasa seperti itu.

Lihat LebihDetails

Gejala Kolesterol Tinggi yang Bisa Diketahui Sendiri saat Bangun Tidur

Oleh Dini Koswarini
5 Mei 2025
0
Diabetes, Kolesterol

Meskipun perlu diingat bahwa kolesterol tinggi sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas dan hanya bisa dipastikan lewat tes darah:

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.