SUATU hari, delegasi Kristen Najran datang menemui Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam. Jumlah mereka enam puluh orang. Di antara mereka terdapat empat belas tokoh terhormat di kalangan mereka. Dari empat belas orang itu, tiga orang yang mengatur urusan mereka.
Pertama, Al-Aqib. Jabatan Al-Aqib adalah pemimpin kaum, ahli pertimbangan, dan segala urusan tidak boleh diputuskan kecuali menurut pendapatnya. Ia bernama Abul Masih. Kedua, As-Sayyid. Jabatan As-Sayyid ialah administrator yang mengatur perjalalan dan kesepakatan umum. Yang menjabat As-Sayyid saat itu adalah Al-Aiham. Abu Haritsah bin Alqamah salah seorang dari Bani Bakr bin Wail. Dia uskup, pendeta, ulama dan pemilik Baitul Mirdas.
BACA JUGA: 8 Pelajaran dari Kisah Nabi Musa Bercakap dengan Allah SWT
Abu Haritsah datang ke tempat mereka dan menelaah kitab-kitab mereka hingga pengetahuannya tentang agama mereka sangat memadai. Raja-raja Byzantium Romawi yang memeluk agama Kristen menghormati dan memuliakan Abu Haritsah, mengirimkan pembantu, membangunkan gereja untuknya, dan memberikan banyak sekali kemudahan-kemudahan kepadanya. Itu semua dilakukan karena kapasitas ilmunya dan semangatnya dalam agama mereka.
Saat mereka telah siap sedia untuk berangkat menuju ke tempat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dari Najran, Abu Haritsah duduk di atas keledainya dengan arah Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan di sampingnya terdapat saudaranya yang bernama Kuz. Ada pula yang menyebut Kurz bin Alqamah.
Keledai Abu Haritsah terperosok ke lubang, kemudian Kuz bin Alqamah berkata, “Celakalah orang jauh tersebut.” Yang dia maksud dengan orang jauh adalah Rasulullah Shallailahu ‘Alaihi wasallam.
Abu Haritsah berkata kepada Kuz bin Alqamah, “Dirimu lah yang binasa.”
Kuz bin Alqamah berkata, “Mengapa demikian, wahai saudaraku?”
Abu Haritsah menjawab, “Demi Allah, sungguh orang itulah Nabi yang selama ini kita tunggu-tunggu.”
Kuz bin Alqamah kemudian berkata, “Lalu apa yang menghalangimu untuk masuk Islam sedangkan engkau mengetahuinya?”
Abu Haritsah menjawab, “Kaum tersebut (para raja Romawi) telah memuliakan, mengangkat derajat dan menghormati kami. Mereka menginginkan agar kami menentang Nabi tersebut. Maka apabila aku memeluk Islam, mereka akan menarik semua fasilitas yang selama ini mereka berikan kepada kami.”
Kuz bin Alqamah merahasiakan tentang dirinya dari Abu Haritsah sampai setelah itu ia memeluk Islam.
Ibnu Hisyam menceritakan: Telah dituturkan kepadaku, bahwa para pemimpin Najran mewariskan kitabkitab milik mereka. Apabila salah seorang pemimpin mereka meninggal dunia, mereka segera mengalihkan kepemimpinan pada yang lain. Kitab-kitab tersebut dikunci dan tidak seorangpun yang memecahkannya.
Pada masa Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, pemimpin Najran berjalan-jalan dan ia jatuh terpeleset. Anak sang pemimpin berkata, “Celakalah orang jauh –maksudnya Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam–.”
BACA JUGA: Pesan Nabi ketika Shalat
Pemimpin tersebut berkata, “Janganlah engkau berkata demikian, karena dia seorang Nabi dan namanya tertera dalam kitab kita.”
Ketika pemimpin tersebut telah meninggal dunia, anaknya mempunyai keinginan kuat untuk memecahkan kunci kitab itu. Lalu ia membongkar kunci kitab tersebut dan mendapatan nama Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam tertera di dalamnya. Maka diapun masuk Islam dan dengan keislaman yang bagus. []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media