SAUDARAKU,
Ada sisi keterbatasan manusia, di mana tidak semua hal bisa terjangkau olehnya melalui sekaadar usaha. Keberhasilan sebuah usaha dan tercapainya keinginan manusai tanpa disadari hubungan vertical ke Allah, hanya akan menumbuhkan kesombongan pada diri manusia.
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri. Tetapi apabila ia ditimpa malapetakan maka ia banyak berdoa,” (Fushshilat: 51).
Saudaraku,
Sebaliknya, bila kegagalan menimpa akan membuahkan keputusasaan yang menghilangkan semangat hidup.
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan,” (Fushshilat: 49).
Kesenangan yang membawa manusia melupakan Allah, kebahagiaan yang membawa manusia kepada lalai dari mengingat Allah, lebih sering menjadi sebuah cerita kesombongan. Ketika musibah datang, penyesalanlah yang hanya akan kita peroleh karena sifat-sifat kita yang tidak tahu bersyukur. Bagaimana nanti jika penyesalan itu datang ketika malaikat maut datang?
Tersebutlah firman Allah yang menggambarkan penyesalan tiada guna.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9)
Saudaraku,
Kebanyakan manusia tidak dapat mengingat Allah ketika mempunyai harta yang banyak. Lalu Allah timpakan dengan tiba-tiba sebuah ujian untuk mengingatkan kembali hamba-Nya yang lalai tersebut. Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Semua kendali ada di tangan Allah. Tugas kita sebagai manusia hanyalah mengabdi seutuhnya kepada Dia Yang Maha Segala. Berharap kepada Dia yang mempunyai kekuatan tiada batas. []
Sumber: Mencari Tuhan yang Hilang/Ust. Yusuf Mansur/ZikrulMedia Intelektual