SEORANG pebisnis dan inventor anak negeri sukses menjadi pelopor dan diakui secara luas di dunia internasional atas produk pupuk inovatif yang dihasilkannya. R. Umar Hasan Saputra dengan usaha pupukny berhasil mendapatkan satu-satunya hak paten dari United Sates Patent and Trademark Office (USPTO) untuk teknologi produksi pupuk berbahan dasar batu bara pada Juni 2020 lalu.
Penerbitan hak paten tersebut berarti pupuk batu bara dengan merek dagang Glogens Organic Micro-Carbon Fertilizer nantinya selain dapat memasuki pasar industri pertanian di AS, yang saat ini merupakan pasar terbesar di dunia, juga dapat membuka peluang investasi berupa pendirian pabrik serta memperlancar pemasaran produk pupuk tersebut di tingkat global.
BACA JUGA: Penemuan Arkeologi Ungkap Kebenaran Adanya Banjir Besar di Masa Nabi Nuh
Menurut R. Umar Hasan Saputra, paten atas teknologi yang diraihnya memiliki beberapa keunggulan. Pupuk yang di Indonesia bermerek dagang Futura tersebut dihasilkan dari bahan dasar batu bara berkalori rendah yang banyak terdapat di berbagai negara. Pupuk tersebut bersifat organik dan juga eco-friendly karena dapat memperbaiki kondisi tanah serta dapat diproduksi secara lebih cepat dan masif sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan pupuk kimia.
BACA JUGA: Berapa Banyak Dosa yang Dipupuk Saat Ulangan?
Jauh sebelum mendapat paten di AS, pupuk batu bara ini telah dipatenkan di Indonesia 2013. Serangkaian uji coba yang dilakukan selama 11 tahun, menunjukkan hasil yang memuaskan. Di mana pupuk mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian, biaya produksi rendah, dan menurunkan penggunaan bahan kimia seperti pestisida.
PT Saputra Global Harvest sendiri diketahui telah menjalin kerja sama dengan Zimbabwe, yang kemudian diimplementasikan pada lahan uji coba di negara tersebut melalui penandatanganan perjanjian. Setelah dipasarkan di Zimbabwe selama 1-2 tahun, pupuk batu bara ini bakal diperkenalkan di negara Afrika lainnya seperti Namibia, Kenya, Ghana, dan Zambia.
Dengan sederet keunggulan di atas, pupuk batu bara diharapkan bisa menjadi pilihan petani dan mengurangi ketergantungan mereka pada produk sejenis yang berbahan kimia. Selain itu, penggunaan dalam jumlah besar dinilai bisa menjadi langkah awal untuk mewujudkan pertanian yang maju guna mendukung ketahanan pangan secara mandiri maupun nasional, bahkan dunia. []
SUMBER: KEMLU | BOOMBASTIS