SAYA menepuk punggung suami, memintanya berhenti sebentar saja. Begitulah reflek bapernya perempuan seperti saya saat mendengar jeritan keras seorang perempuan dari satu rumah di pinggir jalanan ramai. Tempat usaha potong ayam hidup.
Pas lewat di depannya memang sudah terdengar suara orang yang sedang cekcok. Semakin nyata ketika jeritan itu terdengar keras hingga membuat beberapa orang tetangganya berlarian menuju ke rumah mereka. Pun termasuk saya, minta turun sebentar. Jiwa kepo memang begitu.
Tapi tak lama. Saat kaki melangkah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, suami menghalangi. Akhirnya urung juga, milih pulang. Berharap tidak ada kejadian mengerikan dan para tetangganya bisa melerainya.
Akhirnya memang jelas. Suara kencang yang terdengar itu pertengkaran suami istri. Di awali suara kencang si suami. Disusul si istri tak lama kemudian dengan jeritannya.
BACA JUGA: Baju Kondangan
Yang ada di pikiran saya dan suami, mereka itu punya usaha ayam potong. Bayangan suami yang sedang sibuk pegang pisau lalu bertengkar dengan istrinya dan syetan mengganggunya. Na’uudzubillaah. Semoga tidak terjadi.
Saya teringat beberapa tahun ke belakang.
Sore itu perumahan kami macet. Beberapa wartawan tv juga datang. Begitu heboh. Terjadi kasus pembunuhan.
Seorang wanita ditemukan tewas dibungkus kain seprei di dekat kandang ayam. Dikubur seadanya. Sampai kakinya terlihat. Secara tidak sengaja. Ketika anak lelakinya pulang sekolah lalu mencari ibunya.
Setelah keliling rumah karena tak ada sahutan. Qodarullooh sampailah mata si anak pada satu gundukan tidak sempurna.
Pelaku yang belum sempat melarikan diri pun akhirnya ditangkap. Tanpa perlawanan berarti. Dan paling aneh, tanpa raut wajah merasa bersalah. Dia begitu santai. Seperti dalam banyak cerita yang pernah terbaca, pembunuh berdarang dingin.
Suaminya sendiri.
Ya, pelakunya adalah dia, suaminya sendiri.
Masih dengan santai dan tanpa beban, pelaku menceritakan bagaimana dia menghabisi nyawa istrinya. Dia memukul kepala belakang istrinya dengan dengan palu. Berkali-kali. Sempat bingung saat istrinya sudah tak lagi bernafas, lalu meraih kain seadanya. Kain seprei. Dibungkus pun seadanya. Sampai kakinya masih terlihat.
Ketika ditanya apa alasannya memukul istrinya sampai tewas, dia mengatakannya dengan singkat, CEREWET.
Cerewet adalah bagian dari karakter khas seorang wanita. Saya yakin semuanya sepakat dengan rumus ini. Hanya mungkin beda tingkatan saja antara wanita satu dengan lainnya. Ibarat bon cabe yang punya tingkatan level yang sesuai dengan kepedasannya.
Si suami merasa bosan tiap hari selalu diingatkan istrinya soal mencari nafkah. Harus rajin, dsb. Meski sebenarnya ini hal lumrah antara suami istri. Dan saya pun yakin dengan istrinya kenapa sampai sering menyinggung masalah mencari nafkah. Tapi menurutnya frekuensi dan volume suara istrinya membuatnya bosan dan sebal.
BACA JUGA: Daster Punya Istri
Suara istrinya begitu mengganggu telinganya.
Dan hari ini, entah masih di penjara atau sudah keluar. Tapi masyarakat setempat tidak menginginkan dia kembali ke rumahnya. Cukup mengerikan. Jejak rekamnya memang tidak bagus. Baik dari sisi sosial maupun agama. Karena cukup dikenal sebagai ‘orang pintar’ yang sebenarnya bodoh karena berurusan dengan hal berbau klenik.
Begitu masyarakat menghafalnya.
Pelajaran bagi para istri,
Ketika suami sedang marah dengan mengeluarkan suara, sebisa mungkin cukup diam. Jangan ikut menimpali, apalagi dengan suara yang lebih tinggi. Karena naluri seorang lelaki itu pantang digurui. Justru ketika istri menanggapinya dengan diam dan tetap bersikap hormat, semoga itu menjadi nilai plus istri di mata suami.
Juga menjadi jalan Alloh lembutkan hati suami yang sedang marah. Dan jangan membiasakan selalu mengomentari sesuatu yang diperbuat suami lalu dianggap salah.
Contoh kebiasaan banyak suami yang sering meletakkan handuk basah dan baju kotor di sembarang tempat, atau ngambil baju di lemari yang main tarik sampai berantakan. Cukup tugas istri yang membereskan dan merapihkannya. Jangan menjadi kebiasaan mulut istri menjadi cerewet. Semoga dengan ikhlasnya istri yang membereskan, Alloh kasih sikap suami jadi berubah manis.
Juga jadi pelajaran bagi para gadis atau calon istri ke 2,3 dan 4,
Telusuri karakter calon suami lewat keluarganya, temannya. Bagaimana sikapnya saat marah. Karena tiap lelaki berbeda. Tergantung pada pola didik di keluarga dan juga lingkungan pergaulannya.
BACA JUGA: Yang Mau Menikah dan Suami yang Mau Nikah Lagi …
Jangan sampai punya sifat suka mukul saat marah, atau mengeluarkan suara kasar bagai halilintar. Cukuplah yang halilintar itu genk Atta Halilintar. Karena karakter itu biasanya melekat kuat. Cukup sulit dirubah. Terkecuali dengan niat yang kuat dan sungguh -sungguh. Karena tiap istri beda mentalnya ketika ditaqdirkan punya suami dengan karakter yang spesial. Maka, melihat sebelum menerima itu jauh lebih baik.
Pelajaran bagi suami istri,
Dalam perjalanan rumahtangga, konflik itu pasti akan ada. Bahkan Alloh sudah mencontohkannya lewat kisah Nabi. Agar hamba dan ummatnya belajar, bagaimana mengatur konflik agar tetap menjadi bumbu yang bikin sedap masakan.
Semoga Alloh membimbing kita dalam menjalani ibadah paling lama yakni rumahtangga, melaksanan kewajiban dengan ikhlas karena Alloh, semoga dengannya jadi wasilah turunnya keberkahan atas rumahtangga kita.
Allohu’alam. []