JAMBI–Bocah berusia 7 tahun bernama Al Fikri harus dirawat di rumah sakit lantaran kedua matanya mengalami iritasi. Iritasi mata itu diduga imbas dari kabut asap pekat yang menyelimuti tempat tinggalnya, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.
Selama hampir 5 hari Fikri terbaring lemah di rumah sakit. Kedua matanya yang pedih dan berair membuat ia tidak dapat melihat dan terpaksa harus diperban.
Sari, ibunda Fikri menceritakan, awalnya anaknya mengalami sakit pada kedua matanya pada Rabu (4/9). Saat itu, kondisi kedua mata anaknya itu perih lalu berair hingga tidak dapat dibuka.
BACA JUGA: Asap Akibat Karhutla di Riau bikin Mata Warga Pedih
Sari yang merasa khawatir kemudian membawanya untuk memeriksa ke rumah sakit di Jambi. Berdasarkan hasil diagnosa dokter, kata Sari, sakit yang dialami oleh kedua mata anaknya tersebut disebabkan dari iritasi yang sebagian kecil juga dampak dari kabut asap.
“Jadi kata Dokter ada pengaruh dari asap juga. Tapi kita juga belum tahu pasti kan. Yang jelas, awal mulai terasa sakit mata anak saya, ketika ia saat pulang sekolah. Asap di kawasan rumah saya itu sudah sangat pekat dan abu juga berterbangan sampai masuk rumah warga, kondisi anak saya itu sempat juga panas tinggi dan sesak nafasnya sehingga saya harus membawanya ke rumah sakit untuk diperiksa,” kata Sari di ruang rawat di Rumah Sakit Siloam, Jambi, Jalan Soekarno Hatta, Pall Merah, Kota Jambi, Jumat (13/9/2019).
Selama 5 hari dirawat, Sari menjelaskan mata anaknya hingga saat ini belum dapat dibuka. Selain itu, ia juga menyebutkan asap pekat yang menyelimuti tempat tinggalnya di Desa Talang Babat, Kecamatan Sabak Barat, Tanjung Jabung Timur, Jambi membuat kondisi udara di sana sangat tidak sehat.
“Selain anak saya, kondisi yang sama seperti ini juga terjadi pada 4 orang anak lainnya di tempat tinggal saya itu, matanya juga tidak dapat dibuka, mengecil lalu mengeluarkan air, tetapi sudah bisa sehat lagi. Hanya saja yang parah anak saya ini,” ujarnya.
BACA JUGA: Hujan, Dua Polisi Karhutla Sujud Syukur di atas Lahan Bekas Kebakaran
Sementara itu, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi mendeteksi sejak Juli 2019 hingga kini total luas lahan yang terbakar di Jambi mencapai 18 ribu hektare. Luas lahan yang terbakar itu termasuk lahan gambut seluas 8 ribu hektare, serta lahan HTI 3.400 hektare, perkebunan kelapa sawit 4.300 hektare, EX HPH 1.100 hektare, lahan di konsesi restorasi ekosistem hampir 6 ribu hektare, dan 2.900 hektare lainnya lahan masyarakat
“Penyebab utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan ini adalah karena kemarau yang berkepanjangan lalu adanya pembukaan lahan dengan cara membakar. Hanya saja di tahun 2019 ini masih ada terjadi hujan sehingga kebakaran ini tidaklah begitu masif seperti di tahun 2015. Walau kebakaran lahan ini masih dalam skala yang lebih kecil dibanding tahun 2019 dampak kebakaran itu bisa menyebabkan kabut asap,” kata Direktur KKI Warsi Jambi, Rudisyaf. []
SUMBER: DETIK