JEMBER–Ratusan warga Jember yang tersebar di 21 kecamatan mengalami mual muntah dan pusing usai pesta malam tahun baru. Usut punya usut, sekitar 250 warga keracunan ikan tongkol yang dibakar saat makan malam menyambut tahun baru.
Satu per satu warga dibawa ke puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan. Peristiwa ini membuat Dinas Kesehatan Jember menetapkan status Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB) keracunan ikan tongkol.
BACA JUGA:Â Perhatikan 4 Hal Ini ketika Pelihara Binatang
“Ada yang menjalani rawat inap dan ada yang rawat jalan. Kita masih melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mencari dugaan penyebab keracunan,” ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, Dyah Kusworini, Kamis (2/1/2020).
Pihaknya pun melakukan investigasi ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Puger dengan Petugas Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Perikanan, Kelautan (Disperikel), dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) setempat.
“Karena informasinya tempat membeli ikan itu di Puger, kami pun masih menuju ke sana untuk investigasi ini. hasil konkret kebenarannya, masih menunggu, nanti saya sampaikan hasilnya,” sambungnya.
Hasil sementara investigasi tim gabungan diduga keracunan ikan tongkol jenis tikus yang dibeli dari nelayan Puger dan sekitarnya. Tongkol Tikus diketahui memiliki kandungan histamin yang cukup tinggi.
“Nelayan Puger menyebutnya tongkol tikus. Warnanya lebih hitam dari tongkol jenis lainnya,” jelas Murtadlo.
Dia menjelaskan, sejak tanggal 23-31 Desember 2019, hasil tangkapan tongkol tikus sangat melimpah di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Puger. Jika tanpa pendinginan yang memadai, durasi untuk mengonsumsi ikan tongkol tikus ini maksimal 4 jam setelah ditangkap.
“Kemudian pada tanggal 31 Desember banyak orang berbondong-bondong datang membeli ikan tongkol tikus ini. Seperti biasa, tujuannya untuk dibakar dalam rangka merayakan malam tahun baru,” kata Murtadlo.
Sayangnya, para pembeli ini dalam proses membawanya tidak menggunakan pendinginan yang memadai. Bahkan terkadang hanya dibungkus tas kresek.
“Sudah begitu, mereka ini ada yang tidak langsung pulang. Masih jalan-jalan dulu,” tambahnya.
Akibatnya, kandungan histamin yang ada di daging ikan tongkol tikus meningkat. Jika dikonsumsi, maka akan berdampak pada tubuh yang memakannya.
“Harusnya kan disimpan di suhu di bawah nol derajat celsius, tapi ini malah dibawa dalam suhu yang bisa meningkat hingga 6 derajat. Otomatis kandungan histamin meningkat. Kalau dimakan, akan menyebabkan gatal-gatal, kemudian pusing. Bahkan yang daya tahan tubuhnya lemah bisa mual dan muntah,” terangnya.
Dia mengakui, pembeli ikan tongkol ini tidak hanya dari Jember saja, tapi juga dari luar daerah. Namun karena dibawa dengan pendinginan yang cukup, maka tak menimbulkan persoalan.
“Untuk pembeli luar daerah tak ada masalah karena mereka membawanya dengan pendinginan yang mencukupi.
BACA JUGA:Â Hukum Menghina Orang dengan Sebutan Binatang
Agar terhindar dari keracunan, warga diimbau lebih berhati-hati dalam memilih ikan yang akan dikonsumsi. Ciri-ciri ikan segar dan tidak mengandung pengawet bisa dilihat dari kondisi insang, mata, daging dan sisik serta aroma.
Ikan segar memiliki insang yang berwarna merah segara cenderung merah muda, tidak kusam kecoklatan dan tidak tertutup lendir. “Bagian mata terlihat terang dan jernih. Daging juga berwarna terang, kokoh dan agak kenyal. Jika ditekan, akan kembali ke keadaan semula. Selain itu, sisik berkilau, terang dan bersih serta tidak memudar. Aroma segar seperti air bersih atau air asin,” jelasnya.
Sementara dari 250 orang yang sudah pulang ke rumahnya masing-masing, 2 masih menjalani perawatan intensif. []
SUMBER: DETIK