GOWA–Polisi mengungkap banyaknya warga yang menyaksikan ketika seorang mahasiswa bernama Muhammad Khaidir (23) asal Kabupaten Selayar tewas dikeroyok di sebuah masjid di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
“Pada saat dianiaya, banyak yang melihat, tapi yang memukul baru 10 orang. Kita berbicara saksi banyak berada di saat itu,” kata Wakapolres Gowa Kompol Muhammad Fajri di Mapolrestabes Gowa, Selasa (18/12/2018).
Fajri menceritakan, sebelum insiden, korban Khaidir berpamitan kepada teman kos dan saudaranya di Makassar untuk berangkat ke Jeneponto. Khaidir berangkat ke Jeneponto untuk urusan pribadi.
BACA JUGA:Â Dituding Maling padahal Hendak Shalat Tahajud, Khaidir Meninggal Dikeroyok Massa
“Tapi dia singgah di masjid itu dan kenapa di masjid itu masih dalam pendalaman. Tetapi tidak ada barang yang hilang di masjid itu atau dia mengambil sesuatu. Tidak ada,” terangnya.
Fajri juga menyebut banyak warga yang mengetahui kejadian tersebut. Namun, banyak warga yang ketakutan memberikan kesaksian setelah kejadian itu berlangsung.
“Banyak yang mengetahui, termasuk mendengar suara itu,” terangnya.
Berdasarkan keterangan petugas yang pertama kali sampai di lokasi, Khaidir sudah terlihat tergeletak di lingkungan masjid dan masih banyak warga yang berkerumun di sekitarnya. Oleh karena itu, polisi segera memasangkan garis polisi untuk mengurai massa.
“Setelah mendatangi TKP dan melihat korban tergeletak tak berdaya dan melakukan police line agar warga keluar dari pekarangan masjid,” ungkapnya.
Peristiwa yang menyebabkan Khaidir meninggal itu berawal ketika korban ingin menunaikan shalat di masjid tapi pintunya tertutup pada Senin (10/12) lalu. Khaidir lalu datang ke rumah seorang warga berinisial YDS yang tinggal di dekat masjid. Hanya, waktu itu Khaidir mengetuk pintu rumah YDS dengan keras.
BACA JUGA:Â Inilah Jenis Minuman Keras yang Ditenggak Para Pelaku sebelum Keroyok Anggota TNI
“Korban datang ke rumah warga berinisial YDS, seorang penjahit yang dekat masjid. Korban mengetuk pintu rumahnya dengan keras, namun pintu tidak dibuka sehingga korban berjalan ke dalam masjid,” kata AKBP Shinto saat dimintai konfirmasi via telepon soal tragedi itu.
Gedoran pintu itu menimbulkan salah paham. YDS, yang ada di dalam rumah, merasa gedoran tersebut sebagai sebuah ancaman. YDS lalu lari ke masjid lewat pintu yang lain.
Kemudian YDS bertemu dengan RDN (47), marbut masjid. RDN lalu menggunakan pengeras suara dan berbicara seolah-olah ada maling di masjid. Massa yang mendengar dari pengeras suara terprovokasi. Khaidir pun dikeroyok massa. []
SUMBER: DETIK