ALLAH menjanjikan kepada dua golongan ini tidak akan membukakan pintu langit. Amal dan ruhnya tertolak. Tidak diizinkan naik ke tempat yang suci. Bahkan mereka dijanjikan tikar dan selimut dari api.
Mereka, haram masuk surga hingga unta masuk ke dalam lubang jarum.
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.” (Qs. al-A’raf 7: 40)
Dua golongan itu adalah mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan bersikap sombong. Menolak kebenaran lantaran bisikan nafsu jahatnya.
“Pintu-pintu langit tidak dibuka untuk amal dan ruh mereka.” tutur Imam Ibnu Juraij sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim.
Karena amal dan ruhnya tak diterima, mereka diharamkan masuk ke dalam surga. Allah menggunakan perumpamaan yang sangat indah dengan unta yang mustahil masuk ke dalam lubang jarum.
Bukankah ini merupakan kemustahilan yang amat mustahil? Bukankah Allah Ta’ala Mahabenar perkataan dan perumpamaannya?
Bukan hanya itu, masih ada tambahan bagi dua golongan ini.
“Mereka memiliki tikar tidur dari neraka”
Inilah alas tidurnya. Inilah tikarnya. Inilah kasurnya. Bukan sekadar api, melainkan api neraka dengan panas ribuan hinga jutaan kali panas di dunia.
“Dan di atas mereka ada selimut.”
Bukan hanya panas di bawah, di alas. Tapi juga panas di atas. Bahkan jika dipahami sebagai makna selimut, ia bukan hanya di atas, melainkan melingkupi, menutupi dan membungkus di sekujur tubuh.
Yang demikian ini merupakan penjelasan Imam Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, Imam adh-Dhahhak bin Muzahim, dan Imam as-Suddi.
“Demikianlah kami memberikan balasan kepada orang-orang yang zhalim.” (Qs. al-A’raf 7: 41)
Itulah upahnya. Itulah buahnya. Itulah harganya. Itulah hadiahnya. Siapa saja yang mendustakan dan sombong menyikapi ayat-ayat Allah Ta’ala, mereka itulah kelompok yang zhalim. Na’udzubillahi min dzalik. []