PEMIMPIN tertinggi polisi Filipina yang baru saja diangkat oleh Presiden Rodrigo Duterte berjanji akan terus mempertahankan perang anti-narkoba yang berdarah-darah meskipun ada kecaman dari dunia internasional.
“Bagaimana cara berperang melawan narkoba? Untuk memeranginya, kami tidak akan mengubah apa pun,” kata Albayalde kepada wartawan pada konferensi pers pertamanya sebagai komandan, Jumat (20/04/2018).
Dia mengambil alih kepemimpinan kepolisian dari Ronaldo Dela Rosa, yang baru saja pensiun dengan terhormat sebagai pahlawan setelah membantu Duterte memulai penumpasan berdarah pada pelaku narkoba.
“Mengapa kita menghentikan program yang sangat efektif ini?” Albayalde menambahkan. Filipina memang memberlakukan hukuman tembak kepada semua pelaku penyebaran narkoba.
Tahun lalu, kepolisan Filipina diduga melakukan penembakan terhadap seorang remaja laki-laki yang dituduh melakukan kejahatan narkoba dan hal itu memicu protes.
Polisi pada hari Jumat mengumumkan 13 tersangka narkoba lainnya tewas dalam serangan yang juga menyebabkan penangkapan 58 orang lainnya.
Komentar Albayalde muncul ketika Filipina kembali menentang resolusi Parlemen Uni Eropa pada hari Kamis kemarin yang mengkritik tindakan keras itu.
Para anggota parlemen Uni Eropa menyerukan pada pemerintah Filipina untuk segera mengakhiri pembunuhan di luar hukum dengan dalih ‘perang melawan narkoba'”.
Uni Eropa juga menyatakan keprihatinan besar atas laporan yang dapat dipercaya bahwa polisi Filipina memalsukan bukti untuk membenarkan pembunuhan di luar hukum.
Polisi Filipina sendiri semengatakan bahwa mereka telah menewaskan sekitar 4.100 orang pelaku narkoba, namun kelompok-kelompok hak asasi menuduh jumlah korban sebenarnya adalah tiga kali lipat. []