SINDANGKERTA— Ajal datang tidak memilih pada usia mudah atau tua datangnya, kedatangannya pun tak bisa ditolak ataupun ditunda. Tak memandang dimana tempat akan datangnya, bahkan ditempat yang dianggap aman sekalipun.
Hal itulah yang dialami Fuja Nurbayanti (13) korban bencana tanah longsor di Kampung Bonjot RT 03/11, Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (KBB), pada Senin (5/3/18) lalu.
Siswa Kelas 8 C SMPN 2 Cililin ini ditemukan tewas dengan kondisi tubuh yang cukup mengenaskan. Selain mengalami luka di bagian wajah, korban juga mengalami luka di bagian dada. Saat ditemukan oleh petugas, korban sudah mengenakan seragam sekolah sehingga diduga kuat dia sudah siap akan berangkat ke sekolah.
Kepala SMPN 2 Cililin Sobirin menuturkan, di hari terakhir sekolah atau pada Sabtu (3/3/2018) korban masih terlihat ceria. Bahkan korban bersama kelompoknya sempat menyerahkan tugas Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan menyempatkan diri berfoto bareng dengan rekan-rekannya.
“Hari Sabtu itu korban menyerahkan tugas PLH-nya. Kami semua tidak menyangka jika itu hari terakhirnya bersekolah,” tuturnya.
Dia menuturkan, mengetahui korban sebagai siswa yang rajin dan semangat dalam belajar. Antusias belajarnya sangat tinggi bahkan melebihi siswa-siswa lainnya. Dia pun termasuk anak yang ramah, mudah bergaul, dan hormat baik kepada teman-temannya ataupun para guru.
“Sudah pasti kami semua merasa kehilangan dan berduka cita atas musibah ini,” sambungnya.
Dirinya berharap kejadian ini menjadi yang terakhir menimpa siswa yang menjadi keluarga besar SMPN 2 Cililin. Longsor juga harus menjadi pelajaran bagaimana semua pihak harus bisa menjaga dan bersahabat dengan alam.
Apalagi kawasan Cililin merupakan salah satu kawasan yang merupakan daerah rawan bencana di KBB khususnya bencana tanah longsor.
Sementara itu tetangga korban, Rahmat Supriatna, 40, mengaku terakhir bertemu dengan korban Damah, 40, pada Sabtu (3/3/2018). Ketika itu dirinya melintas di depan rumah korban yang sedang menyapu halaman.
Sebelum disapa, Damah memilih menyapa duluan kepadanya. Dia menilai jika Damah dan anaknya merupakan tetangga yang baik dan ramah semasa tinggal bertetangga.
Bahkan saat anaknya jatuh sakit, Rahmat mengaku Damah sempat datang ke rumahnya untuk menongak dan mendoakan anaknya cepat sembuh.
“Ibu Damah itu tetangga yang baik dan tidak pernah mengeluh. Sehingga kami pasti akan selalu merindukan dan merasa kehilangannya,” kata dia.
Sedangkan menurut anggota DPRD KBB Lilis Nurhayati yang datang ke lokasi dan turut memberikan bantuan sembako dan uang kepada keluarga ahli waris korban menjelaskan, bahwa saat ini yang harus diperhatikan dari para korban adalah bantuan pangan dan juga pemulihan pascabencana.
Sebab tidak menutup kemungkinan warga masih ada yang merasa takut dan trauma.
“Bantuan sembako adalah yang prioritas dibutuhkan tapi perlu dipikirkan penanganan pascabencana dan relokasi nantinya,” pungkasnya. []
Reporter: Saifal