Oleh Iis Romaniawati S.S.
Ibu Rumah Tangga, Guru Sekolah Tahfidz Plus Khoiru Ummah Cimahi
SIAPA sih Dilan? Siapa juga itu Milea? Akhir-akhir ini kok warganet pada kepoin mereka. Soalnya, apa-apa dikit-dikit Dilan. Dikit-dikit Milea. Jadi penasaran kan.
Tapi, yang sudah tahu siapa itu Dilan, yang ada malah menertawakan. Hari gini, orang Bandung gak kenal Dilan, masa? Itu gak kekinian! Hari gini gak tahu Milea, masa? Itu gak keren! Dilan dan Milea itu kan Romie dan Julietnya old zaman now! Masa, kidz zaman now aja tahu.
Fakta di atas memang tak terbantahkan. Bahkan, menjadi viral di sosial media. Potret manisnya kisah remaja SMU yang sedang dirundung cinta ini tak ayal kini jadi salah satu suguhan favorit.
Nama Vanessa dan eks Coboy Junior, Iqbal Dhiafakhri Ramadhan pun ikut melejit. Mereka dianggap mampu menggambarkan bagaimana perjalanan cinta zaman dulu, begitu sederhana dan romantis.
Salah satu kisah yang diangkat, Milea dikasih buku Teka-teki Silang oleh Dilan. Memberi hadiah buku TTS yang sudah terisi penuh, sederhana. Tapi, menjadi romantis saat diberikan di hari ulang tahun dengan alasan agar Milea tak pusing untuk mengisi. Wow, begini saja sudah dianggap sebagai sesuatu yang so sweet.
Kisah lain yang diangkat saat Milea sakit, Dilan malah mengirim tukang pijat. Justru itulah yang membuat Milea luluh dan merindukan Dilan. Menanti suara telepon rumah hanya demi mendengar suara di seberang yang gemar merayu.
Apa yang menambah amazing? Dilan ini kan hanya sebuah film yang diadaptasi dari novel karya Podo Baiq. Tapi, pengaruhnya itu lho, dahsyat dan banyak yang terlibat. Dahsyat, dalam rentang waktu 4 hari mampu menggaet 1.000.000 penonton. Melibatkan banyak orang, sampai mampu menyulap suasana Bandung saat ini menjadi seperti Bandung di era 90-an. Bahkan, untuk kesuksesan film Dilan ini, Wali kota Bandung, Ridwan Kamil pun sampai turun tangan. Tak tanggung-tanggung, saat syuting, jalanan sempat ditutup. Mobil yang lewat hanya mobil tahun 1990-an saja.
Dilan yang “lahir” tanggal 25 Januari ini sudah digagas sejak tahun 2016. Artinya lahir dari sebuah perjuangan dan kematangan. Pertanyaannya, perjuangan untuk apa? Ada apa dibalik keberhasilan film Dilan ini? Apakah setelah Dilan menjadi viral membuat generasi muslim kian taat? Atau jangan-jangan ini …?
Taat Itu Berat, Penuh Perjuangan!
Berbicara sebuah perjuangan, jadi teringat saat menghadiri kajian tahfidz di sebuah mesjid besar di kota Bandung, betapa irinya saya. Ustadz yang lulusan Madinah bercerita, ada seorang kakek tak bisa baca tulis, tapi ingin hafal al qur’an, berharap keridoan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Selama 5 tahun, setiap hari kakek itu berguru ke seorang pemuda, sehari 5 ayat, sampai bisa hafal 15 juz. Sampai suatu hari tak terlihat lagi di mesjid, saat sang guru mencari, beliau sudah meninggal. Sebuah perjuangan yang berakhir khusnul khatimah.
Ibu di depan saya pun bercerita, anak-anaknya masih kecil, ada yang sudah hafal 10 juz. Ustadz yang sudah hafidz 30 juz ini pun cerita lagi, ada anak adiknya, baru berusia dua tahun, sudah mau melaksanakan shalat, dan sudah hafal juz 29. Kata Ustadz, sekalinya shalat, shalat dengan rakaat yang panjang sekali. Katanya, setiap kali adzan, si anak selalu dibangunkan, itu sejak bayi. Ibunya pun setiap hari membacakan al qur’an.
Begitulah ketika orang tua berusaha mengenalkan anak dengan Al Qur’an, anak pun hafal Al Qur’an. Orang tua mengenalkan waktu salat, anak pun mau salat. Kesehariannya disibukkan dengan Al Qur’an dan salat.
Beberapa hari yang lalu, salah seorang guru tahfidz di sekolah, beliau murojaah, simaan satu juz, yang dibaca surat Al Baqoroh, masya Allah lancar! Saya simak, makhroj, tajwid, dan tahsinnya luar biasa. Kesehariannya jauh dari maksiat, hafalannya pun lancar. Yang begini nih harusnya yang jadi viral, kekinian dan keren. Karena akan menghantarkan kepada ketaatan. Hatinya akan mudah tersentuh.
Dilan oh Dilan, kenapa kamu yang viral? Beritamu bahkan mengalahkan kisah ibu yang tak kuat menanggung beban hidup. Sampai-sampai, tiga buah hatinya tega ia racuni hingga tewas. Itu kejadian di Jombang hanya seminggu sebelum kelahiranmu.
Dilan oh Dilan, kenapa kamu yang viral? Padahal, dengan boomingnya filmmu, kaum ibu kian khawatir akan keselamatan pemikiran anak-anaknya.
Pemikiran islam generasi muslim kian tergerus. Generasi harapan umat yang harusnya jadi garda terdepan, malah diarahkan untuk mengadopsi tsaqofah barat. Bagaimana nasib calon pemimpin masa depan nanti?
Dilan oh Dilan, tahu tidak, baru mendengarkan bacaan Al Qur’an anak-anaknya saja sudah membuat hati para orang tua adem. Apalagi kalau al qur’an yang dibaca itu bisa difahami dan diterapkan dalam kehidupan. Hati tenang jiwa tentram. Karena yakin, jalan taat kian dekat.
Tak bisa kita pungkiri, kenapa sampai Dilan 1990 ini menjadi viral, bila dicermati lebih jauh sesungguhnya ini adalah akibat adanya propaganda budaya permisif sekuler di kalangan remaja. Remaja dibuat lupa akan gaya hidup seorang muslim itu harusnya bagaimana. Remaja digiring untuk tak lagi peduli halal haram. Apa pun bebas, asal mereka senang. Idola mereka itu kan harusnya Rasulullah Muhammad Shallallohu Alaihi Wassalam, tapi kini sengaja mereka diseting untuk lebih menjadikan artis film sebagai suri tauladan.
Ada juga hal lain yang harus kita sadari. Kini, generasi muslim pun dihadapkan dengan perang budaya dan kepentingan orang-orang berduit. Jadi, dibalik produksi film-film genre remaja ini ada misi-misi terselubung. Lama-lama remaja akan terus menjadi objek propaganda sekaligus objek pasar bila hal ini terus dibiarkan.
Sudah saatnya para remaja ini kita kembalikan ke pangkuan Islam. Harus semakin disadari, potensi remaja itu kan aset masa depan. Jadi, sudah seharusnya aset ini tak kita biarkan terlena dengan sesuatu yang sedang viral. Karena tanpa disadari, hal ini akan membuat mereka semakin jauh dari islam. Selain itu, ada yang tak kalah penting, yakni membangun sikap kritis umat terhadap bahaya perang budaya. Tentunya itu semua dilakukan dengan berbagai cara yang menarik.
Kita menyadari, jalan menuju surga memang penuh perjuangan.
Dilan, Taat Itu Memang Berat!
Berjuang menghadapi tsaqofah barat yang buruk, rusak dan berbahaya itu tak mudah. Makanya, memperkuat diri dengan pemahaman islam satu keharusan. Jadilah kaum muda yang terdepan dalam melaksanakan kewajiban. Bukan yang terdepan dalam perbuatan sia-sia. Tengoklah bagaimana generasi terdahulu kita mencontohkan. Mereka menjungjung tinggi diin dan terdepan dalam membela diin Allah. Mush’ab bin Umair, Saad Bin Abi Waqqash, Imam Syafii dan Ibnu Sina adalah beberapa di antara contoh nyata dari figur generasi dambaan. Wallahu a’lam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.