JEPARA–Warga Desa Raguklampitan Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara terpaksa mandi di sungai aliran irigasi karena kekeringan. Untuk keperluan lainnya, warga bahkan harus membeli air.
Saluran irigasi Kedung Boso tiap pagi dan sore ramai menjadi tempat mandi dan mencuci. Padahal, air di lokasi tersebut tampak berwarna cokelat.
Salah seorang warga, Nur Azizah (27) menuturkan bahwa kekeringan yang melanda desanya sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir.
BACA JUGA: Akibat Kemarau, Danau Seluas 2400 Meter Persegi ‘Kering Kerontang’
“Sumur sudah tidak ada airnya, ya sekitar dua bulan ini. Jadi warga sulit dapat air bersih,” katanya, Rabu (10/7/2019).
Tiap hari, dia harus membeli air untuk keperluan memasak dan lainnya. Satu jeriken berisi 30 liter seharga Rp 10 ribu. Sedangkan dalam sehari keluarganya membutuhkan minimal dua jeriken air.
Tak hanya itu, kata Nur, warga juga menyediakan tandon-tandon air di jalan untuk menampung bantuan air yang datang.
“Ya, beli pakai jeriken dengan harga Rp 10 ribu per jerikennya. Ada yang keliling jualan air di sini,” paparnya.
Sedangkan untuk mandi, dia dan warga lainnya harus ke sungai atau saluran irigasi. Dia mengayuh sepeda berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.
“Kalau mau mandi di sungai atau di saluran irigasi. Airnya warnanya cokelat. Tiap pagi dan sore pasti ramai di situ. Tapi untuk orang dewasa, kalau yang masib bayi pakai air beli,” imbuhnya.
Kepala Desa Raguklampitan, Maskan menyampaikan bahwa bencana kekeringan memang terjadi tiap tahun saat memasuki musim kemarau.
“Sudah langganan kalau kekeringan. Untuk itu sudah ada upaya penanggulangan dengan membangun sumur-sumur di beberapa titik. Anggarannya dari DAK, ada juga dari DD,” jelasnya.
Namun, sumur itu dinilai masih belum maksimal menanggulangi kekeringan, terutama di RT 24, 25 dan 26 RW 5. Sehingga saat musim kemarau warga terpaksa mandi di saluran irigasi dan sungai.
“Ke depan nanti kami akan terus berupaya menanggulangi kekeringan di sini,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara, Arwin Noor Isdiyanto mengutarakan ada tiga desa yang mengalami kesulitan air bersih. Yakni Desa Raguklampitan Kecamatan Batealit, Desa Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari dan Desa Plajan Kecamatan Pakisaji.
BACA JUGA: 95% Wilayah Indonesia Alami Kemarau, Ini Imbauan BMKG
“Ketiga desa tersebut sudah laporan dan kami lakukan droping air,” ujarnya.
Puncak kekeringan diprediksi terjadi pada Agustus mendatang. Namun, ia memastikan ketersediaan air untuk droping ke beberapa wilayah masih cukup.
“Agustus diperkirakan puncaknya. Tapi prinsipnya Jepara siap mengatasi kekeringan tahun ini,” tandas dia. []
SUMBER: DETIK