Oleh: Mahmud Budi Setiawan
Penulis Bina Qolam Indonesia
PERNAHKAH anda membayangkan ketika meninggal dunia nanti yang akan memandikan jenazah saudara ialah malaikat? Mungkin di benak saudara sama sekali tak tersirat sedikitpun, wong dimandikan manusia saja sudah sangat untung dibanding tidak dimandikan sama sekali. Dimandikan malaikat sewaktu meninggal merupakan kemuliaan yang tiada terkira. Kalau Allah sampai menyuruh malaikat-Nya turun tangan memandikan hamba-Nya berarti hamba tersebut adalah orang yang sangat penting.
Kemudian pertanyaan selanjutnya: pernahkah Anda membaca dan mendengar adakah dalam sejarah orang yang dimandikan malaikat? Kalau ada kapan terjadi? Siapa gerangan namanya? Apa yang membuatnya mendapatkan kemuliaan seperti itu? Bila anda membaca sejarah emas para sahabat maka akan anda dapati kenyataan tersebut.
Ada salah seorang sahabat Nabi yang memiliki semangat perjuangan tinggi yang mendapat kemuliaan tersebut. Mungkin namanya jarang dikenal dan didengar dibanding sahabat-sabat sekaliber Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Karena memang sejarah mencatat perjalanannya yang sangat sedikit. Namun dari yang sedikit ini kita menemukan mutiara berharga. Bahwa Ia diabadikan sejarah melalui tinta emasnya menjadi pahlawan Islam yang gugur di medan juang. Tak hanya itu hanya ia sahabat Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam yang mendapatkan kemuliaan dimandikan langsung oleh malaikat.
Siapa gerangan sahabat yang mulia itu? Dia adalah Handhalah bin Abi Amir. Meski ayahnya yang bernama Abu Amir adalah seorang rahib yang tidak mau mengimani Rasul, namun ia sama sekali berbeda, ia mau menerima cahaya Islam ke dalam relung hatinya. Kejadian ini bermula pada pertempuran Uhud.
Malam menjelang pertempuran Uhud, Handhalah adalah seorang pemuda yang sedang merayakan malam pengantin baru, ia sedang honey moon. Pagi-pagi buta sewaktu ia telah menggauli isterinya, tiba-tiba ada kabar bahwa Rasulullah akan menghadapi pertempuran Uhud. Dengan bergegas dan seketika itu juga Handhalah pergi untuk ikut serta berjihad di medan tempur. Saking semangatnya ia sampai lupa belum melakukan mandi junub. Ketika perang Uhud berkecamuk, ia bertempur dengan gagah berani hingga meraih kesyahidannya.
Seusai perang, Rasulullah mencari dan memeriksa sahabat-sabatnya yang syahid. Ketika sampai pada Handhalah bin Abi Amir, Beliau beserta sahabat lain yang masih hidup menjumpai keanehan dari keranda jenazah Handhalah bin Abi Amir. Keranda Handhalah bin Abi Amir meneteskan air.
Melihat kejadian aneh ini akhirnya Rasulullah menanyakan langsung kepada isterinya, apa gerangan yang terjadi sebelum Handhalah berjihad. Isterinya menjawab: Ia pergi berjihad menuju Uhud dalam kondisi belum melakukan mandi junub. Allahu Akbar……setelah itu Rasul mendapat pemberitahuan bahwa air yang menetes itu ialah karena telah dimandikan malaikat dengan air muzni (awan).
Mungkin anda mengatakan ah masak, itu tidak masuk akal. Bagi anda yang tidak menyikapi ini dengan logika keimanan maka sanggahan semacam itu sangat logis. Logika keimanan menekankan pengetahuan penting pada kita: selama Tuhan yang melakukan, tiada kata mustahil untuk dilakukan.
Selanjutnya kita coba memeras inti sari kandungan hikmah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut. Kalau kita analisa mengapa Handhalah mendapat kemulian semacam itu, bisa dijelaskan demikian: Pertama: Semangat untuk berjuang dan berkorban begitu tinggi(bayangkan meninggalkan isteri di waktu masa honey moon sangatlah susah).
Kedua: Ketaatan tanpa reserve dan syarat(ketika yakin bahwa jihad itu perintah Rasul dengan seketika ia lakukan). Ketiga: Kerinduan yang sangat dengan kekasih sejati, yaitu Allah(kerinduan yang demikian dalam ini membuat segalanya larut tak bernilai).
Dari ketiga hal ini tentu saja sangat beralasan jika ia mendapat kemulian seperti itu. Kemudian ada yang juga sangat penting diungkap pada tulisan ini yaitu: bahwa para pejuang dijalan Allah itu pasti dijamin kebutuhannya. Handhalah bin Abi Amir yang meninggal syahid sebelum melakukan mandi junub diberi perhatian yang luar biasa, dengan cara memerintah malaikat untuk memandikannya. Ingat bahwa para pejuang tidak akan disia-siakan kehidupannya oleh Allah.
Allah Maha Pemelihara, Maha Penyokong dan Maha Memenuhi kebutuhan hamba. Dengan dasar ini maka, para pejuang semestinya sudah tidak lagi memikirkan apakah ia akan diganjar dengan semua yang akan dikerjakan. Semua itu secara otomatis akan dipenuhi asalkan dilakukan dengan niat ikhlas dan sesuai dengan juklak dan juknis syari`at-Nya.
Berjuang karena sudah tua, tidak punya apa-apa, atau terkucilkan dari komunitas itu bagus tapi biasa, yang luar biasa ialah ketika usia masih muda, lagi meluap-luapnya, dan sedang mencari kesejatian hidup tapi tetap rela berjuang dan berkorban, maka ini sungguh luar biasa. Mana ada yang mau meninggalkan malam pengantinnya untuk menuju kematian. Bukankah kematian berarti meninggalkan pengantin; bukankah kematian berarti akhir dari kenikmatan pengantin.
Tapi yang perlu digarisbawahi ialah hanya orang-orang yang memiliki keimanan yang tinggi yang mampu melakukannya. Orang beriman memandang bahwa dunia bukanlah akhir dari kenikmatan, bukanlah akhir dari kebahagiaan, bukanlah akhir dari segalanya. Dunia hanya permulaan jalan menuju kehidupan akhirat yang abadi.
Walau secara lahiriah, Handhalah bin Abi Amir terlihat tak untung karena lebih memilih kematian, akan tetapi dia sebenarnya telah mendapatkan kebahagiaan yang tak terkira dari segi keimanan. Keimanan hakiki mengantarkannya pada keabadian; keimanan hakiki mengantarkannya pada cinta Rahman; keimanan sejati mengantarkannya sebagai pejuang Islam; keimanan sejati menjadikan kehidupannya bernilai dan penuh arti. Dengan bekal iman dan takwa yang begitu dahsyat pada akhirnya ia mampu malalui rintangan dunia. Ia mampu melalui shirot mustaqim. Buah dari perjuangannya ialah dimandikan malaikat. Itu baru di dunia. Bagaimana jika sudah di akhirat? []