JAKARTA–The 2nd Baku Summit of World Religious Leaders (Pertemuan Puncak Para Tokoh Agama Dunia Baku Kedua) digelar 14-16 Nopember 2019 lalu di Baku, Azerbaijan.
Pertemuan Puncak Pertama berlangsung pada 2016 di kota yang sama, para tokoh agama-agama dunia memandang radikalisme dan ekstrimisme yang berkembang dalam semua agama adalah bertentangan dengan agama itu sendiri, maka harus dihadapi secara bersama-sama.
BACA JUGA: Terkait Konflik Wamena, Din Syamsuddin: Respon Aparat dan Penegakan Hukum Lamban
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsudin yang turut hadir menjelaskan, kebencian dan ujaran kebencian yang disasarkan kepada pemeluk agama tertentu oleh pemeluk agama lain seperti muncul dalam gejala Islamofobia, Kristenofobia, atau Anti Semitisme potensial mendorong benturan antar agama dan peradaban, suatu hal yang harus dicegah.
Dalam presentasinya din menegaskan bahwa radikalisme dan ekstrimisme, apalagi dalam bentuk kekerasan (violent extreemism) adalah berbahaya dan bersifat anti kemanusiaan.
Namun, Din Syamsuddin mengingatkan bahwa radikalisme dan ekstrimisme tidak hanya bersifat keagamaan (religious radicalism) tapi juga bersifat non keagamaan seperti radikalisme sekuler (secular radicalism).
BACA JUGA: Din Syamsuddin Ajak Seluruh Kader Muhammadiyah Doakan Randi
“Bahkan yang terakhir jika bercampur dengan kebebasan sehingga menjadi radikalisme sekuler-liberal menjadi lebih berbahaya karena sering merasuk ke dalam sistem kehidupan nasional seperti politik dan ekonomi,” ujarnya Senin (18/11/2019).
Dirinya meyakini, Radikalisme sekuler-liberal yang merasuki sistem politik dan ekonomi sesuatu negara akan membuat negara itu rusak bahkan runtuh, serta akan meninggalkan ideologi negara yang ada. []
REPORTER: RHIO