Oleh: Ustaz Felix Y Siauw
ANAS bin Malik ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Jika Allah menginginkan kebaikan untuk seorang hamba maka dia akan mempekerjakan/menggunakannya”. Beliau ditanya, “Bagaimana Allah akan mempekerjakannya, wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab: “Allah akan memberinya petunjuk untuk beramal salih sebelum meninggal” – HR Tirmidzi.
Maknanya, ketika kita mampu beramal salih, itu artinya Allah menghendaki kebaikan bagi kita. Sebab bila kita tidak sibuk dalam kebaikan, pastilah kita sibuk dalam keburukan.
Begitupun dengan mereka yang kita akui sebagai ulama, ranggi akhlaknya, tinggi ilmunya, luas bahasannya, indah tutur katanya, takjubnya kita terhadap semua itu harusnya pada Allah.
Sebab Allah yang menggunakan mereka, Allah yang mencurah limpahkan ilmu dan kebaikan pada mereka. Sedang mereka hakikatnya hanya dipergunakan Allah semata.
Begitu juga bagi kita, bersyukurlah bila kita masih mampu dan mau untuk beramal salih, itu tandanya Allah masih mempercayai untuk mempekerjakan kita untuk kebaikan.
Beriman atau tidak itu pilihan manusia, belajar tekun ataupun bermalas-malasan juga tergantung kita. Tapi senantiasa kita memohon pada Allah untuk dimudahkan dalam kebaikan.
Sama seperti ketika kita terus-menerus memohon “petunjuk” dari Allah saat shalat dalam Al-Fatihah, walau kita insyaAllah sudah beriman dengan Allah dan Rasul-Nya.
Sama seperti doa ashabul kahfi, “Duhai Tuhan kami berikan rahmat bagi kami dari sisi-Mu dan sempurnakan bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami”, sangat lembut.
Senantiasa kita memohon pada Allah agar diberikan kemudahan memahami agama Allah, agar senantiasa diberikan kebaikan, maka Allah mengabulkannya dengan hal diatas.
Yakni menyibukkan kita dalam ketaatan kepada-Nya. Maka bila diberikan amanah ketaatan tambahan bagimu, berbahagialah, sebab itu tanda Allah menginginkan kebaikan bagi kita.
Sebaliknya, jangan buru-buru senang bila tahajud kita tak bangun, membaca Al-Qur’an tak pernah, mengkaji Islam malas-malasan, bisa jadi itu bentuk adzab Allah.
Sebab Allah menutup hati kita, tak memberikan kemudahan bagi kita untuk meyakini kematian, lalu melakukan hal-hal persiapan untuk menjumpainya, bekal untuk akhirat. []