KISAH inspiratif datang dari muda bernama Ustadz Muhammad Rus’an. Dengan izin Allah SWT, ia berhasil mendirikan Pondok Pesantren Modern An-Nida seluas 5 hektaredi Leuwisadeng di Bogor Barat. Ustadz Muhammad Rus’an lalu menceritakan perjuangannya mendirikan ponpes bersama sang kakak dari kondisi minus.
Berawal pada tahun 2014, ketika masih berusia 22 tahun, Ustadz Rus’an berpikir dan berkeinginan mendirikan pondok pesantren. Padahal kala itu dirinya baru saja lulus mengabdi dari sebuah ponpes.
Sementara itu, bangunan dan biaya yang seharusnya disiapkan masih minus. Tapi, Ustadz Rus’an dan sang kakak tetap berniat serta bertekad mendirikan pondok pesantren, karena tujuannya adalah dakwah serta mengabdi untuk umat.
BACA JUGA:Â Menginspirasi, Ini Sederet Kutipan Kata-Kata Ustadz Hanan Attaki
“Kalau kita ngebuka (pesantren), ada santrinya aja,” kata Ustadz Rus’an dalam kanal YouTube Rukun Indonesia.
Dikarenakan niatnya yang sangat besar, Ustadz Rus’an dan sang kakak mulanya menumpang di beberapa bangunan untuk tempat mengaji para santri.
Meski demikian, dirinya tetap ikhtiar agar impiannya bisa terwujud membangun pondok pesantren di usia muda.
“Pada saat itu kita masih ngebujang dua-duanya,” ujar Ustadz Rus’an.
Perlahan ikhtiarnya membuahkan hasil, ia akhirnya memiliki bangunan seperti asrama, kelas, hingga masjid. Kemudian baru mendapatkan legalitas pada 2018 setelah awal berdirinya di tahun 2014.
“Ini yang dinamakan perjuangannya, bukan dari nol, tapi dari minus,” terang Ustadz Rus’an.
Ia melanjutkan, saat itu anggaran yang mereka miliki benar-benar minus. Namun karena niatnya untuk berdakwah, dirinya percaya bahwa akhirnya “kalkulator langitlah” yang akan bekerja.
Sedikit demi sedikit dari berbagai arah, rezeki untuk pembangunan pondok pesantren itu terkumpul.
Saat ini santri di ponpesnya berjumlah sekira 87 orang. Meskipun terbilang sedikit, terpenting menurutnya kualitas dari santri itu tetap terjaga.
BACA JUGA:Â Cara Bedakan Mimpi dari Allah SWT atau dari Setan, Menurut Ustadz Abdul Somad
“Sehari-hari harus pakai bahasa Arab, dan kami ada program tahfidz juga,” beber Ustadz Rus’an.
Tidak hanya itu, ia juga membimbing para santri agar menjadi pribadi mandiri. Sehingga, semua makanan yang disajikan setiap harinya mayoritas hasil dari kebun dan peternakan milik ponpes. Para santri juga diajarkan mengolah makanannya sendiri.
“Jadi ketika itu sudah ada niat, Insya Allah. Upaya perjuangan itu naik turun, tapi tetap istikamah,” pungkas Ustadz Rus’an. []
SUMBER: OKEZONE