JAKARTA–Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan zona ‘hitam’ Surabaya pada peta laporan penyebaran kasus COVID-19. Dijelaskan Khofifah, bukan zona hitam, namun warna merah tua yang menandakan banyaknya jumlah kasus Corona di area tersebut.
“Kemudian ada yang tanya, itu (di peta) kok ada yang hitam. Itu bukan hitam tapi merah tua,” kata Khofifah beberapa waktu lalu.
Diketahui, Surabaya menjadi salah satu wilayah dengan jumlah kasus positif COVID-19 yang cukup tinggi, yakni 2.748 orang pada Rabu (3/6/2020).
BACA JUGA:Â Sembuh dari Covid-19, Nenek Usia 100 Tahun dari Surabaya Beberkan Vaksin Paling Tokcer
Berbagai upaya dilakukan Pemkot Surabaya guna memutus rantai penularan COVID-19. Salah satunya adalah dengan cara melakukan tes Corona secara massal.
“Kalau ditanya langkah-langkah, selama ini kan sudah kami jabarkan. Langkah Pemkot tentunya memassalkan rapid test, memassalkan tes swab. Kemudian memetakan pembatasan klaster-klaster. Kemudian pembentukan kampung COVID,” kata Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhtya Prajatara, Rabu (3/6/2020).
Febri menjelaskan dari hasil tes massal Corona tersebut nantinya pihak Pemkot bisa mengetahui dan memetakan cara penanganan yang lebih lanjut.
“Buktinya dengan adanya lonjakan kesembuhan, kita mengetahui mana (sembuh). Nah kalau ada yang positif tentunya yang dirawat ada protokol-protokol khusus. Sedangkan yang negatif sudah bisa bebas gitu,” jelas Febri.
Sementara itu, menurut Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membuat Surabaya menjadi zona hijau kembali.
1. Mal ditutup
Tahapan pertama yang penting dilakukan adalah dengan menutup mal-mal di Surabaya. Menurut dr Tri, ini penting dilakukan untuk memutus penyebaran virus Corona.
“Jadi yang harus dilakukan di Surabaya mal-malnya ditutup, karena sekarang mal Surabaya masih buka dengan insiden kasus (Corona) yang masih banyak,” ucap dr Tri.
2. PSBB yang ketat
“Fokus pada daerah atau RW, kelurahan kecamatan, yang banyak kasusnya. Kalau kasusnya benar-benar diisolasi, tidak keluar rumah begitu, jadi pastikan kasus yang ada di kelurahan atau kecamatan yang banyak kasusnya terisolasi,” lanjut dr Tri.
BACA JUGA:Â Seorang Dokter di Surabaya Meninggal akibat Corona, Sang Istri juga Kritis karena Covid-19
dr Tri menyarankan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di luar rumah jika bukan dalam keadaan mendesak.
3. 80 persen atau 70 persen orang kerja di rumah
Menurut dr Tri, penerapan PSBB bisa dikatakan efektif jika jalanan sudah terlihat sepi dan sebagian besar warga bekerja dari rumah.
“Kalau 80 persen atau 70 persen orang kerja dari rumah dan jalanan sepi. Itu (kasus Corona) nggak akan berkurang dari hitam ke hijau kalau penerapan PSBBnya nggak ketat, jadi jangan main-main begitu,” tuturnya. []
SUMBER: DETIK