GHANA–Diskriminasi terhadap hijabers masih terjadi di sejumlah negara. Salah satunya, seperti dialami Rabiatu Mohammed, hijaber asal Ghana. Dia diminta melepas jilbabnya saat akan mengikuti wajib militer.
Bagi anak muda Ghana, mengikuti wajib militer setelah lulus kuliah adalah kewajiban. Wajib militer ini harus mereka ikuti selama setahun.
BACA JUGA: Mengapa Ada Diskriminasi terhadap Muslim Uighur?
Rabiatu menjelaskan bahwa dia pada awal September mendaftarkan diri ke Social Security and National Insurance Trust (SSNIT) untuk mengikuti wajib militer. Kejadian tidak menyenangkan dialami Rabiatu saat mendatangi kantor tempat pendaftaran wajib militer. Manajer HRD memintanya melepas hijabnya. Jika tidak mau mengikuti perintah, Rabiatu diminta mendaftar wajib militer ke tempat lain.
Perlakuan diskriminatif terhadap Rabitu ini akhirnya memicu lahirnya sebuah petisi memprotes tindakan dari pegawai SSNIT. Ini terjadi setelah MUYAD Social Service, sebuah organisasi non-pemerintah Islam, mengetahui perlakuan diskriminatif terhadap Rabiatu.
“Menurut salah satu calon peserta wajib militer yaitu Rabiatu Mohammed, dia ditolak kesempatan untuk melakukan wajib militer karena diminta untuk memilih antara melakukan wajib militer di SSNIT tanpa menggunakan hijab atau melakukan wajib militer di tempat lain jika dia bersikeras tetap mengenakan hijab,” demikian bunyi petisi yang ditandatangani oleh Direktur Eksekutif MUYAD Social Service, Adnan Adams Mohammed.
BACA JUGA: 8 dari 10 Warga Percaya Muslim di AS Paling Sering Alami Diskriminasi
Dalam petisi tersebut, Adnan pun menegaskan perlakuan yang diterima Rabiatu ini sebuah penghinaan pada Konstitusi Ghana.
“Kami melihat ini adalah tindakan sebagai penghinaan Konstitusi Ghana terhadap Pasal 21 (1) (c) tahun 1992, yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengamati dan mewujudkan agama mereka di negara ini. Kami tidak ingin SSNIT melarang semua bentuk kebebasan beragama,” tegasnya. []
SUMBER: GHANAWEB