PALESTINA— Badan Urusan Tawanan Palestina dilaporkan telah memperingatkan bahaya yang dialami para tawanan di penjara-penjara Israel.
Para tawanan Palestina, terutama yang tengah sakit kini tengah mengalami penderitaan akibat berlanjutnya tindakan Israel dalam melakukan kebijakan penelantaran medis, PIC melaporkan pada Senin (20/11/2017).
Keterangan ini muncul dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Badan Urusan Tawanan Palestina, Ahad (19/11/2017). Pada laporan tersebut dijelaskan bahwa tawanan Palestina Usamah Hasan, yang ditahan di penjara Ofer, kondisi kesehatannya semakin memburuk.
Hasan menderita hernia dan varises, yang menyebabkan ketidakmampuannya bergerak dan mengalami ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit, karena kurangnya perawatan yang seharusnya diberikan padanya.
Sementara itu tawanan Muhammad Asad, menderita penyakit kaki gajah akibat penyumbatan di pembuluh arteri dan kelenjar, yang tidak menghasilkan jumlah air yang dibutuhkan. Hal ini menimbulkan tonjolan pada tubuh, tanpa mendapatkan perawatan apapun terhadap kondisi yang dialaminya.
Penelantaran medis juga dialami tawanan Walid Diqa, yang sudah menjalani masa penahanan selama 30 tahun. Saat ini ditahan di penjara Jalbu. Dia menderita peningkatan produksi sel darah merah yang dikenal sebagai “Polycythemia.”
Badan Urusan Tawanan mengatakan, pihak penjara Israel terus melakukan kebijakan penelantaran medis secara sengaja dan sistematik terhadap ratusan tawanan yang sakit di sejumlah penjara Israel yang disebut dengan “klinik Ramleh.”
Tidak ada pemeriksaan dan diagnosa yang benar, tawar menawar dalam pemberian analgesik, tidak diberikan perawatan yang diperlukan, tidak ada pemindahan kasus-kasus sulit ke rumah sakit sipil, yang lainnya berupa langkah-langkah yang dilakukan dalam konteks kebijakan yang disengaja untuk membunuh para tawanan secara medis. []