SEBUAH penemuan arkeologi yang dipublikasikan baru-baru ini dalam sebuah jurnal, menunjukkan sesuatu yang menarik. Simbol-simbol Islam telah ditemukan pada sebuah kapal yang tenggelam sekitar 1.300 tahun silam di perairan dekat pantai Israel.
Dilansir dari Jerusalem Post, Senin (27/7/2020), hasil galian pertama kali diperiksa dalam dua penelitian akademik yang baru diterbitkan belum lama ini, yakni di jurnal Levant dan Near Eastern Archeology.
“Kami belum dapat memastikan penyebab pasti dari tenggelamnya kapal tersebut, kami menduga bahwa penyebabnya adalah kesalahan navigasi,” kata seorang arkeolog Universitas Haifa, Deborah Cvikel.
Diketahui, 1.300 tahun silam, kapal sepanjang 25 meter tenggelam di perairan yang berjarak beberapa meter dari bibir pantai Israel. Tak ada korban tewas dalam insiden tersebut, namun muatan kapal yang di antaranya menampung 104 amphorae, sejenis wadah keramik berisikan berbagai produk pertanian itu tenggelam di dasar laut. Sejumlah benda berharga lainnya seperti prasasti Yunani dan Arab juga ditemukan di sana. Barang kuno itu telah sekian lama tertimbun pasir dan menyimpan rahasia yang tak terkuak selama berabad-abad.
BACA JUGA: Ilmuwan Ungkap Kebenaran Alquran soal Bahtera Nabi Nuh
Kapal ini pertama kali ditemukan oleh Michael Kibbutz Ma’agan, di jarak 35 km sebelah Selatan Haifa. Namun, situs itu kembali ditutupi oleh pasir sebelum akhirnya ditemukan kembali di tahun 2015.
Bangkai kapal tersebut digali oleh Institut Leon Recanati untuk Studi Kelautan Universitas Haifa sejak 2016. Penemuan selama kurun waktu tersebut telah menawarkan wawasan unik kepada arkeolog tentang kehidupan wilayah tersebut pada saat transisi antara Bizantium dan pemerintahan Islam, dilihat dari rute perdagangan, dan konstruksi kapal.
Situs ini juga menyajikan koleksi kargo maritim terbesar dari Bizantium dan tembikar Islam awal yang ditemukan di Israel. Menakjubkan, karena dua dari enam jenis amphorae belum pernah ditemukan sebelumnya.
“Kita berbicara tentang kapal besar yang luar biasa, dibangun dengan penuh kehati-hatian dan diabadikan dengan baik,” kata Cvikel.
Berdasarkan temuan tersebut, para ahli percaya bahwa kapal itu harusnya berhenti di Siprus, Mesir dan diduga ada kemungkinan melanjutkan perjalanan hingga pelabuhan di sepanjang pantai Israel sebelum akhirnya tenggelam. Hal ini diperkuat oleh pernyataan arkeolog yang mengatakan, “Kapal itu bepergian di sekitaran Levant,”
Bukti kekayaan kargo yang terdapat dari kapal nampak bertentangan dengan gagasan yang menyebar luas di kalangan para sarjana, yang mengatakan bahwa selama transisi antara Bizantium dan pemerintahan Islam antara abad ketujuh dan kedelapan, aktivitas perdagangan di Mediterania Timur sangat terbatas.
Prasasti-prasasti yang ditemukan oleh para arkeolog telah memberikan gambaran sekilas tentang kerumitan yang menarik pada masa itu, dengan huruf-huruf Yunani dan Arab, serta simbol-simbol agama Kristen dan Islam.
“Kami tak tahu pasti apakah ini condong ke salah satu agama, namun kami menemukan jejak sejarah antara kedua agama tersebut,” kata Cvikel.
Ia mengatakan, pada situs itu juga turut ditemukan simbol keagamaan di antaranya tulisan nama Allah dalam bahasa Arab dan simbol lainnya berbentuk salib.
Temuan lainnya, ditemukan dalam tembikar berisikan zaitun, kurma, arang, tulang ikan, kacang pinus, anggur dan kismis. Selain itu, banyak pula ditemukan tulang hewan di kapal, yang diduga dijadikan santapan atau memang merupakan hewan peliharaan dan awak kapal.
“Kami tak menemukan adanya tulang belulang manusia. Kami berasumsi karena kapal karam di dekat pantai, sehingga tak ada yang mati terperangkap di dalam,” kata Cvikel.
BACA JUGA: Banjir Nabi Nuh, Seluruh Dunia Terendam Air?
Yang tak kalah unik, terdapat dua dari enam jenis amphorae yang telah diidentifikasi oleh para arkeolog yang tidak pernah ada sebelumnya di manapun. Adapun kondisi kapal tampaknya dibuat di Mesir. Kapal tersebut juga memberikan wawasan baru nan penting mengenai teknik konstruksi kapal.
“Kapal ini dibangun menggunakan metode yang disebut konstruksi ‘shell-first’, yang didasarkan pada strakes. Karakteristik utama metode ini adalah penggunaan sambungan mortise-and-tenon untuk menghubungkan papan lambung kapal. Selama lima abad hingga memasuki tahun 6 Masehi, konstruksi jenis ini identik dengan penggunaan tali yang diikat ke lunas dan bingkai yang telah direkonstruksikan dalam penggunaan bangunan kapal,” paparnya.
“Proses ‘transisi dalam konstruksi kapal’ ini telah menjadi salah satu topik utama dalam sejarah pembuatan kapal selama sekitar 70 tahun, dan beberapa masalah masih belum terjawab. Oleh karena itu, setiap kapal karam periode ini menyimpan sejumlah besar informasi yang dapat menjelaskan proses lebih lanjut ini,” ulas Cvikel.
Penggalian situs yang dilakukan dengan melibatkan beberapa lulusan master dan doktoral masih berlangsung hingga kini, meski kondisi pandemi virus corona atau Covid-19 telah mencegah arkeolog untuk kembali ke sana.
“Kita masih perlu mengungkap bagian belakang kapal, di mana mungkin tempat kapten tinggal. Kita juga perlu melakukan lebih banyak analisis pada banyak temuan, termasuk amphorae, kontennya, benda sehari-hari, seperti peralatan masak, dan tulang-tulang hewan,” tutupnya. []
SUMBER: JERUSALEM POST