Oleh : Susi LW
susiakmal@yahoo.com
HARI ini dapet 2 undangan pernikahan lagi, kebetulan juga keduanya adalah teman semasa SD dulu. Seperti ditampar lagi, mengingatkan bahwa usiaku sudah beranjak dewasa. Lalu akan banyak pertanyaan yang cukup menjengkelkan.
“Diundang lagi tuh? Terus kapan ngundangnya?”
“Hehe, belum ada pria yang beruntung mendapatkan aku.”
“Tuh kan, bisa aja jawabnya. Cengengesan lagi.”
“Emang bener gitu kok. Pokoknya tunggu aja, nanti aku undang ya makan-makan di resepsi pernikahan aku.”
“Wis, serius nih Sis?”
“Serius dong, masa bohong! Hehe.”
“Oke deh, Kapan?”
“Nanti setelah ijab kabul.”
“Jleebbb…..”
Terkadang orang yang selalu reseh menanyakan kapan kita menikah, harus kita kerjain dulu. Seperti itu salah satu contohnya, sebab perihal jodoh sama saja kita sedang membahas kematian yang tidak mungkin kita ketahui waktunya. Tugas kita adalah menanti dalam ketaatan, berusaha dan berdoa.
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al’ash)
Pada akhirnya menunggu jodoh itu seperti menunggu kematian, tak perlu ditunggu namun sibuklah mempersiapkan. Aku selalu menasihati diri ini dengan kebijakan yang entah dari mana datangnya. Tapi terkadang ketika kita sedang bijak, sebenarnya kita sedang menasihati diri sendiri bukan orang lain. Karena diri sendiri memang yang lebih utama untuk diberi nasihat. Tapi bila ini baik untuk kita semua, maka ambillah yang baik saja dan buang yang jeleknya.
Sebab menitipkan perasaan pada Allah SWT adalah cara yang paling logis, jadi tumpahkan saja. Allah akan menjawab pada waktu yang tepat, taatlah dalam penantian. Jadi jangan risau jika ada undangan pernikahan lagi. Kalau ada yang nanya reseh, udah tahu kan cara jawabnya? Hehe he []
Bekasi, 24 Juli 2016