UJIAN yang Allah timpakan kepada hambanya yang bertakwa, bukan tanpa alasan. Allah akan melihat sejauh mana keimanan dan rasa cinta kita terhadap islam, Allah memberikan ujian terhadap manusia guna untuk mengetahui di tingkatan mana keimanan kita berada.
Charoline (bukan nama sebenarnya), berjuang untuk tetap teguh memeluk agama Islam. Meskipun sejak awal banyak ujian yang dirasakannya. Dia sangat yakin dengan agama Islam. Wanita yang berasal dari Medan ini memeluk agama Islam pada usia 17 tahun. Charoline tumbuh dan besar di lingkungan gereja. Ayahnya seorang pendeta. Sejak kecil Dia di hantui oleh pertanyaan- pertanyaan tentang, asal muasal manusia?, kenapa Tuhan mempunyai anak? , akan tetapi setiap mempertanyakan hal tersebut Dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Setelah beranjak dewasa, kekeritisanya terhadap agama semakin mendorong Charoline untuk menemukan jawaban- jawaban yang sebenarnya. Hingga pada satu titik dia melihat dan memeperhatikan beberapa muslim dengan kehidupanya, seperti saat Dia merasa takzub dengan kekompakan umat muslim ketika sholat yang mengikuti satu komando, yaitu imam. Dan pada saat itu, Dia tertarik untuk mendalami tentang agama Islam.
Selama setahun mendalami agama Islam, Charoline meyakini Islam-lah yang paling sempurna. Akhirnya dia memutuskan untuk bersyahadat dibimbing ustaz dan Umi. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, dia merasakan kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan. Hatinya sangat lapang, dan namanyapun berganti menjadi Siti Hajar.
Kejadian yang di khawatirkan itupun terjadi “Waktu itu saya lagi shalat Isya, Qadarullah saya lupa mengunci pintu. Waktu saya lagi rukuk rakaat kedua, tiba-tiba ayah saya berteriak dan membanting pintu, saya terus melanjutkan shalat. Ayah saya menarik mukena dan menyeret saya ke lantai bawah. Saya ditampar, dan di pukuli habis-habisan,” kata dia.
Ibu dan adiknya hanya memonton, tidak ada yang berani membela, setelah mengetahui bahwa Dia telah menjadi muslim, ayahnya memukulinya dan menggunduli rambutnya. Tak sampai di situ saja, ayahnyapun mengusirnya dari rumah. Dia menganggap kekejaman ayahnya tidak seberapa dengan perjuangan Nabi Muhammad terhadap Islam.
Chroline meminta ustad yang membimbingnya bersyahadat untuk di titipkan di salah satu pasantren di daerah Bogor. Dia sangat yakin kalau suatu saaat keluarganya pasti akan datang untuk memaksanya kembali ke Nasrani. Selama tiga tahun dia memantapkan keislamannya di pesantren.
Chroline membutuhkan perjuangan yang lebih untuk menjadi muslim, sementara kita Allah berikan nikmat Islam awal lahir kedunia. Maka dari itu bersyukurlah atas nikmat Iman dan Islam. []
Sumber: Republika