ADA beberapa doa yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah untuk mendapatkan rezeki dan kekayaan untuk melunasi hutang.
Kita memohon kepada Allah ta’ala agar memudahkan urusan anda, dan membantu orang tua anda, dan dikaruniakan rizki yang halal penuh keberkahan di dalamnya.
Terdapat dalam sunah yang shahih doa-doa untuk menghilangkan kegundahan dan memberikan solusi dari kesulitan serta dapat melunasi hutang-hutang serta mendapatkan kekayaan. Di antara hal itu adalah:
Apa yang diriwayatkan Ahmad, (3712) dari Abdullah bin mas’ud radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seorangpun yang mengalami resah dan sedih, kemudian dia berdoa;
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ ، وَابْنُ عَبْدِكَ ، وَابْنُ أَمَتِكَ ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي ، وَنُورَ صَدْرِي ، وَجِلَاءَ حُزْنِي ، وَذَهَابَ هَمِّي
Melainkan Allah akan hilangkan gunda gulana dan kesedihannya dan menggantikan masalahnya menjadi solusi.”Ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita mempelajarinya?” Maka beliau bersabda, “Ya, selayaknya orang yang mendengarkannya untuk mempelajarinya.” (Dishahihkan Al-Albany di Shahih At-Targib wat Tarhb, no. 1822)
BACA JUGA: Doa Setelah Wudhu
Diriwayatkan Muslim, (2713) dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, dahulu Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami apabila hendak tidur hendaknya berdoa:
اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ الْأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنْ الْفَقْرِ
(Ya Allah Tuhanku, Pemilik langit, bumi dan Arsy nan Agung, Tuhan Kami dan Tuhan segala sesuatu, yang memecah biji-bijian dan biji kurma. Yang menurunkan Taurat, Injil, dan Furqon (Qur’an). Saya berlindung kepada-Mu dari keburukan semua binatang yang diatas bumi, Engkau yang Mengambil ubun-ubunya, Ya Allah Tuhanku, Engkau adalah Maha Pertama, tidak ada sesuatu sebelum-Mu, Engkau Yang Maha Terakhir tidak ada sesuatu terakhir setelah-Mu. Dan Engkau yang Maha Nampak (Dhohir), tidak ada diatas-Mu sesuatu apapun, dan Engkau yang Maha Tersembunyi, tidak ada sebulum-Mu sesuatupun. Maka mohon lunaskan hutang kami, dan cukupkanlah kami dan terhindar dari kefakiran)
Dari Ali radhiallahu’anhu sesungguhnya budak mukatab (budak yang hendak memerdekakan dirinya dengan bayaran tertentu kepada tuannya) mendatangi beliau seraya berkata: “Sungguh saya tidak mampu membayar untuk membebaskan diriku, maka tolonglah saya? Maka beliau mengatakan, ‘Maukah saya ajarkan kalimat-kalimat dimana Rasulullah sallallahu’alaihi wa salam mengajarkan kepada diriku, Jika anda mempunyai hutang sebesar gunung syir, Allah akan melunaskan hutang anda. Beliau berkata, maka berdoalah,
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ (رواه الترمذي، رقم 3563 وحسنه الألباني في صحيح الترمذي)
”Ya Allah cukupkanlah diriku dengan rezki halal-Mu dari yang haram, dan cukupkan diriku dengan keutamaan-Mu dari selain diri-Mu.” (HR. Tirmizi, no. 3563 dihasankan oleh Al-Albany di Shahih Tirmizi)
Arta kata ‘والمكاتبة ‘ adalah seorang hamba sahaya berjanji membayar sejumlah uang kepada tuannya agar dapat dimerdekakan.
Kata ‘جبل صِير ‘ adalah nama sebuah gunung.
Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab Al-Mu’jam Ash-Shagir dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Apakah engkau mau saya ajarkan doa yang dapat panjatkan, yang meskipun anda mempunyai hutang sebesar gunung uhud, maka Allah akan membantu melunasi hutangmu. Bacalah wahai Muaz,
اللهم مالك الملك ، تؤتي الملك من تشاء ، وتنزع الملك ممن تشاء ، وتعز من تشاء ، وتذل من تشاء ، بيدك الخير ، إنك على كل شيء قدير ، رحمن الدنيا والآخرة ورحيمهما ، تعطيهما من تشاء ، وتمنع منهما من تشاء ، ارحمني رحمة تغنيني بها عن رحمة من سواك (وحسنه الألباني في صحيح الترغيب والترهيب، رقم 1821)
(Ya Allah Tuhanku, pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau ambil kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki, engkau mulyakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan-Mu semua kebaikan, sesungguhnya Engkau mampu melakukan segala sesuatu. Yang Maha kasih sayang dan belas kasih di dunia dan akhirat, Engkau berikan keduanya kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau tahan keduanya dari orang yang Engkau kehendaki. Maka kasihanilah diriku dengan suatu rahmat yang mencukupkan diriku dari kasih sayang selain-Mu)” (Dihasankan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targib wat Tarhib, no. 1821).
Di antara sarana yang agung dan bermanfaat dalam mendapatkan rizki adalah memperbanyak istighfar (minta ampunan). Allah ta’ala berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَاراً
سورة نوح: 10- 12)
“maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
BACA JUGA: Kenapa Harus Berdoa sebelum Jima?
Kedua:
Adapun penentuan dengan bilangan tertentu untuk doa semacam ini, maka hal ini termasuk bid’ah yang diada-adakan.
Terdapat dalam ‘Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah’ “Asalnya dalam dzikir dan ibadah itu tauqifi (paten)dan Allah tidak disembah kecuali dengan apa yang telah disyariatkan. Begitu juga dalam keumumannya, penentuan waktunya, penjelasan caranya, menentuan bilangannya. Maka sesuai dengan apa yang telah Allah syariatkan dari dzikir-dzikir, doa-doa dan semua ibadah secara umum dari penentuan waktu atau bilangan atau tempat atau caranya. Maka kita tidak dibolehkan berpatokan dengan cara, waktu, atau bilangannya, bahkan kita beribadah kepada-Nya secara umum sebagaimana yang telah ditentukan atau amaliyah yang telah ditetukan waktu atau bilangannya. Atau penentuan tempat atau caranya. Kita beribadah kepada Allah dengannya dan dengan apa yang Terdapat ketetapan dalam syariat-Nya.”
(Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Abdurrozzaq ‘Afifi, Syekh Abdulllah Gudyan, Syekh Abdullah Qo’ud. Selesai dari ‘Majallah Al-Bukhuts Al-Islamiyah, (53/21) dan ‘Fatawa Islamiyah, 4/178).
Wallahua’lam. []
SUMBER: ISLAMQA