Sesungguhnya jika hati seseorang lupa menyebut asma Allah SWT, ia akan menimbulkan karat tebal yang akan menutupi seluruh hatinya. Ia tidak akan bisa dihilangkan kecuali dengan obat yang sesuai, berupa berbagai ketaatan dan taqarrub kepadaNya.
Di antara ketaatan itu ialah memanjatkan doa karena ia termasuk ibadah. Hendaknya ia berdoa hanya kepada Allah SWT disertai keyakinan Dia akan mengabulkannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa doamu itu akan diterimaNya. Ketahuilah bahwa Allah tidak menerima doa seseorang yang qalbunya lalai dan alpa.”
BACA JUGA: Saudaraku, Allah Tidak akan Pernah Mengecewakanmu
Jadi, doa ini merupakan obat yang ampuh bagi berbagai penyakit. Namun, jika hati ini tidak pernah ingat kepada Allah maka lunturlah keampuhannya. Seperti makanan dan segala sesuatu yang haram akan mengahalangi doa kepada Allah sehingga tidak dikabul.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu berserih dan Ia tidak menerima kecuali yang bersih, dan Allah telah memerintahkan kepada kaum mukmin seperti apa yang diperintahkan kepada Rasul. FirmanNya , ‘Hai para Rosul, saleh. Sesungguhnya Aku dengan apa yang kamu kerjakan itu Maha Mengetahui’,” (HR Muslim).
Selanjutnya Allah berseru kepada umat Islam, lewat firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu…” (QS Al-Baqarah: 172).
Abu Dzar berkata, “Cukuplah kiranya doa itu dipanjatkan bersama amal kebajikan, seperti membubukan garam penyedap ke dalam makanan.”
Doa merupakan obat yang sangat berguna. Ia merupakan musuh malapetaka karena ia dapat menghanginya. Rasulullah ﷺ bersabda: Dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Doa itu senjata orang mukmin, pilar agama, serta cahaya langit dan bumi.”
Di antara doa dan bala (keburukan) terdapat tiga kemungkinan:
1. Doa lebih kuat daripada keburukan yang datang supaya bisa menangkalnya.
2. Doa lebih lemah daripada keburukan itu sehingga mudah terserang. Namun, Allah berkanan meringankannya, jika ia termasuk orang yang lemah.
3. Doa dan keburukan itu seimbang kekuatannya, lalu mereka bertarung dengan sengit dan berusaha saling mangalahkan.
BACA JUGA: Saudaraku, Jika Tak Mau Merugi, Jangan Kaulalaikan 2 Nikmat Ini
Doa dan ta’awwudz ibarat senjata yang ampuh dan bisa digunakan untuk menghantam lawan. Namun, senjata yang tajam tidak banyak gunanya jika digunakan oleh tangan lemah.
Demikian pula, senjata yang tajam di tangan yang kuat tidak akan bermanfaat jika lawannya jauh lebih unggul, baik dalam hal jenis senjata, kekuatan tangan, maupun keteguhan imannya. []
Referensi: Kebahagiaan Kedamaian dalam Islam/Syekh Abdul Hamid Kisyik/Gema Insan Perss/1999.