SAHABAT Islampos, semua manusia pasti pernah mengalami kesulitan dan kesedihan. Lantas, doa apa yang harus dipanjatkan di saat-saat tersebut? Rasulullah ﷺ sudah mengajarkan doanya,lho. Mau tahu apa doa ketika menghadapi kesulitan dan kesedihan tersebut?
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh ajaib mukmin itu. Segala yang terjadi pada dirinya itu baik. Semua itu hanya ada pada diri orang yang beriman. Jika dia mendapatkan nikmat maka dia bersyukur dan itu baik baginya. Jika dia mendapatkan musibah maka dia sabar dan itu baik baginya.” (HR Muslim)
Karena itu, seorang Muslim tidak perlu cemas dan jenuh. Jika dia ditimpa musibah dan dia tidak bersabar atas hal tersebut, maka ia akan kehilangan pahala yang telah disediakan Allah SWT khusus untuk orang-orang yang bersabar.
Allah SWT berfirman:
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS Az-Zumar: 10)
Dalam menyikapi musibah atau kesulitan, Rasulullah ﷺ memberi tuntunan kepada umatnya. Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Seseorang tidak akan mengalami kesulitan atau kesedihan. Kemudian beliau ﷺ bersabda:
‘Ya Allah, sesungguhnya aku ini hamba-Mu, anak hamba-Mu dan anak umat-Mu. Ubun-ubunku di tangan-Mu, berlalu dalam keputusan-Mu, yang adil dalam ketentuan-Mu. Aku mohon kepadamu dengan tiap-tiap nama yang menjadi milik-Mu dimana Engkau menyebut diri-Mu dengannya, atau Engkau menurunkannya dalam kitab-Mu atau Engkau menentukannya dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, agar Engkau menjadikan Al-Qur’an penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penyibak kedukaannku dan penghapus kesusahanku.’
Kecuali Allah akan menghilangkan kesusahan dan duka citanya, dan Allah akan menggantikan pada tempatnya jalan keluar. Kemudian perawi menyampaikan bahwa dikatakan, “Wahai Rasulullah, apakah kami boleh mempelajarinya?” Rasulullah ﷺ bersabda, “Ya. Orang yang telah mendengar ini harus mempelajarinya.” (HR Ahmad, dishahihkan Al-Albani)
BACA JUGA: Doa Ibu yang Mustajab
Doa ketika menghadapi kesulitan dan kesedihan
Adapun lafaz doa ketika menghadapi kesulitan dan kesedihan itu adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي، إِلا أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَحُزْنَهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَجًا
Allahumma ‘abduka ‘ibnu ‘abdika ibnu amatika, naashiyatii biyadika, maadhin fiyya hukmuka, ‘adhlun fiyya qadhaauka, as aluka bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahu fii kitaabika, au ‘alamtahu ahadan min khalqika, awista’tsarta bihi fii ‘ilmilghaibi ‘indaka, antaj ‘alal quraaana rabii’a qalbii, wa nuura shadrii, wa jala a huznii, wa dzahaaba hammii
“Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.” []
SUMBER: IHRAM