SEORANG nelayan kecil hidup dengan pekerjaannya untuk menangkap ikan di laut. Hasil tangkapannya bukan untuk sang nelayan kecil, melainkan untuk menghidupi keluarganya. Malang, meski seharian melaut, sang nelayan belum tentu akan mendapatkan hasil yang cukup.
Pada suatu hari sang nelayan melihat ketika seekor ikan menggelapar terkait mata kailnya. Nahas, tiba-tiba seseorang bertubuh kekar dan berperangai kasar dan merampas hasil tangkapannya.
“Hai berikan ikan itu padaku!” kata si perampas ikan.
BACA JUGA:Â 5 Hal yang Membuat Pahala Kebaikan Kita Terampas
“Tapi ikan ini hasil tangkapanku,” jawab nelayan.
“Masa bodoh!” teriak orang itu seraya merampas ikan itu dari tangan nelayan dengan kasar.
Tanpa dapat mencegahnya nelayan yang lemah itu hanya menatap orang yang merampas ikannya pergi meninggalkan tempat itu dengan pandangan kosong.
“Ya Allah, mengapa kau ciptakan aku sebagai orang yang lemah seperti diriku ini. Dan kau ciptakan orang lain lebih kuat dan gagah, sehingga dia bertindak sewenang-wenang kepada orang lemah seperti aku ini. Maka ciptakanlah ya Allah, makhluk lain yang lebih kuat dari dia, yang dapat mengalahkan dia agar menjadi pelajaran dan peringatan bagi umat,” ratap nelayan itu dalam doanya.
Tanpa memerdulikan keluhan nelayan miskin, orang kasar itu pulang dan membakar ikan hasil rampasannya. Dengan nafsunya ia akan menyantap ikan bakar yang ada di atas mejanya.
Namun malang baginya, ketika akan mengambil dan memakan ikan itu, sebuah duri mencolok jari tangannya.
“Ah!” pekik kesakitan orang itu.
Dan dengan seizin Allah, tangan yang kena duri itu makin hari makin bertambah parah lukanya. Bagaikan kanker yang ganas, luka yang menjadi borok itu merambat ke lengan tangannya.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengobati lukanya, tetapi tidak juga sembuh, bahkan sampai harus dipotong sebatas siku.
Tetapi, meskipun tangannya sudah dipotong, luka itu semakin parah hingga membuat orang itu putus asa. Dalam keputusasaannya, ketika tertidur ia bermimpi seakan-akan mendengar suara nelayan yang ikannya pernah dirampas beberapa waktu lalu. “Kembalikan hak itu kepada pemiliknya, itu bukan hakmu!”
BACA JUGA:Â Shalahuddin Al-Ayyubi dan Bayi Rampasan
Seketika orang itu terbangun dari tidurnya, hatinya termangu. Ada perasaan bersalah pada dirinya yang selama ini tak pernah disadarinya. Hati nuraninya tersentuh akibat peringatan nelayan lewat mimpinya.
“Ya, itu memang hakku. Aku harus mengembalikan kepada pemiliknya,” kata hati orang itu.
Dengan sikap yang tegas dan hati yang mantap, dilangkahkan kakinya mencari nelayan miskin yang pernah dirampas ikannya. Setelah dijumpainya, orang itu meminta maaf atas perilakunya dan menyerahkan uang sepuluh ribu dirham sebagai tebusan ikan yang dulu dirampasnya.
Kini hati orang itu lega. Dia merasa terbebas dari kutukan perasaan yang selama ini menghantuinya. Alhamdulillah, atas izin Allah, sejak itu luka ditangannya mulai membaik. Luka yang semula parah, kini berangsur-angsur kering dan sembuh. Tangan yang membusuk dan hampir diamputasi sampai sebatas lengan kini telah sembuh total. Lelaki itu kini telah dapat mengambil hikmah dari apa yang pernah diperbuatnya. []