TANYA: Saya ingin mengetahui cara yang sesuai dengan yang pernah dipraktiktan oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam berdoa pada waktu shalat, apakah setelah shalat, di antara dua sujud, pada saat berdiri atau kapan?
JAWAB: Kami kutip dari islamqa.ca., Pertama:
Ketahuilah –semoga Allah memberikan ramhat kepada anda- bahwa di dalam shalat tidak ada kondisi tertentu yang khusus untuk berdoa, akan tetapi dalam beberapa tempat yang telah disebutkan oleh para ulama dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- semenjak takbiratul ihram sampai salam.
Demikian juga bahwa berdoa setelah shalat itu hukumnya sunnah dengan beberapa macam doa yang akan disebutkan kemudian insya Allah.
Hendaknya anda mengetahui bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, sebaik-baik ilmu dan perkataan adalah yang sesuai dengan sunnahnya beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, redaksi (doanya) Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah sebaik-baik redaksi; karena beliau adalah manusia yang paling mengetahui bahasa Arab, dan yang paling fasih lisannya, paling kuat penjelasannya, bahkan Allah –Ta’ala- telah memberikan kepada beliau kemampuan berucap dengan kalimat yang luas maknanya namun redaksi yang singkat yang kemudian dikenal dengan istilah jawami’ul kalim.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
)بُعثتُ بجوامع الكلم ) رواه البخاري ( 6611 ) ومسلم ( 523(
“Saya telah diutus dengan jawami’ul kalim (redaksi singkat dengan makna yang luas)”. (HR. Bukhori: 6611 dan Muslim: 523)
Imam Bukhori berkata:
“Yang saya ketahui jawami’ul kalim itu adalah bahwa Allah telah mengumpulkan banyak hal yang telah tertulis sebelumnya pada satu atau dua hal atau yang serupa dengannya”.
Atas dasar itulah maka:
Jika anda ingin berdoa dalam shalat maka hendaknya pada tempat-tempat yang disyari’atkan dan disunnahkan berdoa, sebaik-baik doa adalah yang sesuai dengan redaksi doa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Kedua:
Jika anda merasa kesulitan untuk menghafal bebera dzikir dan doa-doa tersebut, maka sebaik-baik doa adalah yang jauh dari unsur memaksakan diri dengan redaksi yang indah, dan yang jauh dari kalimat yang bersajak, dan menjadikan doa penuh dengan keikhlasan, sesuai dengan kebutuhan yang diinginkannya dan sesuai dengan yang dimudahkan oleh Allah kepada anda.
Telah diriwayatkan bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada seseorang:
كيف تقول في الصلاة ؟ قال : أتشهد ، ثم أقول : ” اللهمّ إني أسألك الجنة وأعوذ بك من النار ” ، أما إني لا أحسن دندنتك ودندنة معاذ ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : حولهما ندندن . رواه أبو داود ( 792 ) . وصححه الألباني في صحيح أبي داود .
“Apa yang anda baca di dalam shalat ?”, dia menjawab: “Apakah anda mau menjadi saksi ?, kemudian saya membaca: “Ya Allah, aku memohon surga kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka”; karena saya tidak bisa menirukan ucapan lirih anda dan Mu’adz, maka Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Tentang kedua (hal itulah) kami berucap dengan lirih”. (HR. Abu Daud: 792 dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih Abu Daud)
Ketiga:
Adapun doa setelah salam maka yang ditetapkan riwayatnya dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda setelah selesai melakasanakan shalat:
أستغفر الله ، أستغفر الله ، أستغفر الله
“Aku memohon ampun kepada Allah, aku memohon ampun kepada Allah, aku memohon ampun kepada Allah”.
Kemudian beliau mengucapkan dzikir yang telah diriwayatkan.
Baca juga jawaban soal nomor: 7646
Syeikh Abdul Aziz bin Baaz –rahimahullah- berkata:
“Tidak dibenarkan dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa beliau mengangkat kedua tangannya setelah shalat fardhu, tidak juga dibenarkan hal itu berasal dari para sahabat beliau –radhiyallahu ‘anhum- sepanjang pengetahuan kami, dan apa yang sering dilakukan oleh sebagian orang dengan mengangkat kedua tangannya setelah shalat fardhu adalah bid’ah yang tidak ada dasarnya”. (Al Fatawa: 1/74)
Ibnu Qayyim berkata:
“Adapun doa setelah salam dengan menghadap qiblat atau menghadap kepada makmum, bukanlah termasuk petunjuk Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, dan tidak riwayat yang shahih maupun hasan yang menyatakan demikian, adapun jika mengkhususkan hal itu hanya pada saat shalat subuh dan ashar, maka beliau tidak pernah mengerjakan hal tersebut demikian juga dengan para kholifah setelah beliau, beliau juga tidak mengajarkannya kepada ummatnya, hanya saja hal itu termasuk istihsan dan menjadi pendapat sebagian orang sebagai ganti dari sunnah setelah kedua shalat tersebut, wallahu a’lam.
Dan hampir rata-rata doa yang berkaitan dengan shalat adalah beliau lakukan di dalamnya, beliau juga memerintahkan untuk dibaca di dalamnya, inilah yang seharusnya kondisi orang yang sedang shalat; karena dia sedang menghadap Rabbnya, memohon kepada-Nya di tengah-tengah shalat, jika sudah mengucapkan salam maka semua munajat tersebut sudah terputus, dan kondisi menghadap-Nya tersebut dan kedekatan dengan-Nya sudah berakhir, maka bagaimana dia menyia-nyiakan kesempatan untuk berdoa kepada-Nya pada saat munajat dan dekat dengan-Nya, kemudian ia beru berdoa setelah shalat berakhir ?!, tidak diragukan lagi kondisi sebaliknyalah yang lebih utama bagi orang yang shalat, hanya saja ada sedikit penjelasan bahwa orang yang sedang shalat jika sudah selesai melaksanakan shalat, ia berdzikir kepada Allah, bertahlil, bertasbih, memuji dan mengagungkan-Nya dengan dzikir-dzikir yang disyari’atkan setelah selesai shalat, disunnahkan untuk bershalawat kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- setelah itu dan berdoa sesuai dengan yang ia inginkan, dan doa tersebut setelah selesai melaksanakan ibadah kedua tersebut, tidak dilakukan setelah selesai shalat langsung. Bahwa setiap orang yang telah berdzikir kepada Allah, memuji dan bershalawat kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- disunnahkan untuk berdoa setelahnya, sebagaimana hadits Fadhalah bin Ubaid:
” إذا صلّى أحدكم ، فليبدأ بحمد الله والثناء عليه ، ثم ليصلِّ على النبي صلى الله عليه وسلم ، ثمّ ليدع بما شاء “
“Jika salah seorang dari kalian telah melakukan shalat, maka mulailah dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya, lalu bershalawatlah kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kemudian hendaknya berdoa dengan doa yang ia inginkan”.
Tirmidzi berkata: “Hadits shahih dan telah dishahihkan oleh Alhakim dan disetujui oleh Imam Adz Dzahabi”. (Zaadul Ma’aad: 1/257-258)
Keempat:
Adapun tempat-tempat berdoa di dalam shalat maka kami rangkumkan sebagai berikut:
1. Setelah takbiratul ihram dan sebelum mulai membaca surat Al Fatihah yang dinamakan dengan doa istiftah.
Dari Abu Hurairah berkata: “Bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- jika memulai shalatnya beliau diam sejenak, maka aku berkata: “Demi Allah wahai Rasulullah, apa yang and abaca pada saat anda diam antara takbir dan bacaan (Al Fatihah) ?, beliau bersabda:
أقول : ” اللهم باعد بيني وبين خطاياي كما باعدت بين المشرق والمغرب اللهم نقني من خطاياي كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس اللهم اغسلني من خطاياي بالثلج والماء والبرد ” . رواه البخاري ( 711 ) ومسلم ( 598 (.
“Aku mengucapkan: “Ya Allah, jauhkanlah aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara ufuk timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari noda. Ya Allah cucilah kesalahan-kesalahanku dengan es, air dan embun”. (HR. Bukhori: 711 dan Muslim: 598)
2. Doa qunut dalam shalat witir
Dari Hasan bin Ali berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah mengajariku beberapa kalimat yang dibaca pada saat shalat witir:
“اللهمّ اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وقني شرما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى عليك وإنه لا يذل من واليت ولا يعز من عاديت تباركت ربنا وتعاليت ” . رواه الترمذي ( 464 ) والنسائي ( 1745 ) وأبو داود ( 1425 ) وابن ماجه ( 1178 ) . والحديث : حسَّنه الترمذي وغيره . وصححه الألباني في صحيح أبي داود .
“Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana Engkau telah memberikan petunjuk kepada seseorang yang telah mendapatkan petunjuk-M, berikanlah aku kondisi sehat sebagaimana Engkau telah memberikan kesehatan kepada seseorang yang telah Engkau berikan kesehatan, jagalah urusanku sebagaimana Engkau telah menjaga seseorang yang telah Engkau jaga, jauhkan dariku keburukan dari apa yang telah Engkau putuskan, karena Engkau yang Maha Memutuskan bukan yang diputuskan, bahwa tidaklah hina seseorang yang dekat dengan-Mu, dan tidaklah mulia seseorang yang Engkau musuhi, Engkau Maha Pemberi berkah, Ya Allah dan Maha Tinggi”. (HR. Tirmidzi: 464, Nasa’i: 1745, Abu Daud: 1425 dan Ibnu Majah: 1178, hadits ini dihasankan oleh Tirmidzi dan yang lainnya dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih Abu Daud.
3. Doa setelah berdiri dari ruku’ pada saat terjadi kejadian dan musibah secara masal, yang disebut dengan qunut nawazil
Hal itu berlaku secara umum pada semua shalat wajib dengan berdoa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan serta diamini oleh mereka yang shalat di belakangnya. Baca juga jawaban soal nomor: 20031
4. Pada saat ruku’
Bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- beliau bersabda:
سبحانك اللهمّ ربنا وبحمدك اللهمّ اغفر لي ” رواه البخاري ( 761 ) ومسلم ( 484 ) من حديث عائشة .
“Maha Suci Allah, Tuhan kami, dan dengan segala puji bagi-Mu, Ya Allah ampunilah aku”. (HR. Bukhori: 761 dan Muslim: 484 dari hadits Aisyah)
5. Dalam keadaan bersujud
Yang merupakan sebaik-baik kondisi untuk berdoa, berdasarkan sebuah hadits:
” أقرب ما يكون أحدكم من ربه وهو ساجد فأكثروا فيه من الدعاء ” رواه مسلم ( 482 ) من حديث أبي هريرة .
“Sedekat-dekatnya seseorang di antara kalian dengan Tuhannya adalah dalam kondisi sujud, maka perbanyaklah untuk berdoa”. (HR. Muslim: 482 dari hadits Abu Hurairah)
Keadaan (doa pada saat bersujud) ada banyak hadits yang meriwayatkannya dan tidak mungkin semuanya disebutkan di sini
6. Di antara dua sujud dengan mengucapkan:
” اللهمّ اغفر لي وارحمني واجبرني واهدني وارزقني ” رواه الترمذي ( 284 ) وابن ماجه ( 898 ) من حديث ابن عباس ، وهناك أدعية أخرى . وصححه الألباني في صحيح الترمذي
“Ya Allah, ampunilah (dosa) ku, kasihanilah aku, cukupilah kebutuhanku, berilah aku petunjuk dan berilah aku rizeki”. (HR. Tirmidzi: 284 dan Ibnu Majah: 898 dari hadits Ibnu Abbas dan di sana ada beberapa doa lain dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih Tirmidzi)
7. Setelah tasyahhud dan sebelum salam
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
” إذا فرغ أحدكم من التشهد الأخير فليتعوذ بالله من أربع يقول : اللهمّ إني أعوذ بك من عذاب جهنم ومن عذاب القبر ومن فتنة المحيا والممات ومن شر فتنة المسيح الدجال ” رواه البخاري ( 1311 ) ومسلم ( 588 ) – واللفظ له – من حديث أبي هريرة
“Jika salah seorang dari kalian selesai membaca tasyahhud akhir maka berlindunglah dari 4 hal dengan berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam dan dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah al masih Dajjal”. (HR. Bukhori: 1311 dan Muslim: 588, ini redaksi dari beliau dari hadits Abu Hurairah)
Kemudian setelah itu berdoa sesuai dengan keinginannya untuk kebaikan dunia akhirat, berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud:
” أن النبي صلى الله عليه وسلم علّمهم التشهد ثم قال في آخره ثم ليتخير من المسألة ما شاء ” رواه البخاري ( 5876 ) ومسلم ( 402 (
“Bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah mengajari mereka bertasyahhud kemudian berkata setelah itu: “Kemudian pilihlah semua permintaan sesuai dengan keinginannya”. (HR. Bukhori: 5876 dan Muslim: 402)
Doa-doa yang diucapkan di dalam shalat sangat banyak sekali tidak memungkinkan di tulis semuanya pada jawaban ini, hanya saja beberapa di atas memberi isyarat beberapa yang telah diriwayatkan. Menjadi sebuah nasehat bagi saudara penanya dan bagi setiap muslim, bahwa ia hendaknya mempunyai buku “Al Adzkar” karya Imam Nawawi, buku tersebut buku yang luas pembahasannya, maka jika ia ingin yang ringkas maka hendaknya memiliki buku “Al Kalimut Thayyib” karya Syeikh Islam Ibnu Taimiyah yang telah ditahqiq oleh Albani, semoga Allah mengasihi mereka semua.
Wallahu A’lam . []