Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Shuhaib, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukin, semua urusan baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya,” [HR. Imam Muslim].
HADIST ini mengajarkan kepada setiap mukmin untuk selalu bersyukur saat mendapat kesenangan dan bersabat saat mendapat musibah. Dalam hal ini, seorang Muslim hendaknya mengawali dan mengakhiri semua aktivitasnya dengan membaca doa, termasuk juga urusan ranjang.
Nabi Muhammad shalalloohu ‘alaihi wassalam telah mengajarkan umat-Nya (berdasarkan satu aqidah) dan telah menjelaskan adab berhubungan seks (berjima’) dengan istri. Dari hadits yang telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhialloohu’anhu bahwasanya Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian (suami) ketika ingin mengumpuli istrinya, dia membaca doa: “Bismillah. Allaahumma jannibnaash syaithaa-na wa jannibish syaithaa-na maa razaqtanaa (Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami), kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya,” (Muttafaqun ‘alaihi oleh Al-Bukhari dan Muslim).
Jadi, Umat Islam harus melaksanakan do’a sebelum jima’ ini sebagaimana yang telah disabdakan dari Nabi Muhammad shalalloohu ‘alaihi wassalam. Sedangkan mendengarkan bacaan Al Qur’an selama berjima’ dengan tujuan mengusir setan suapaya jauh dari rumah, hal ini tidak diperbolehkan. Al Qur’an harusnya disucikan dan tidak diperbolehkan untuk mendengarkan saat berjima’ dengan istri.
Bagaimana dengan doa setelah jima? Dalam hal ini, belum ada satupun dalil yang menyatakannya. Adapun sekadar mengucap syukur hamdallah dan berdzikir, boleh saja insya Allah, karena tidak diragukan bahwa jima’ termasuk di antara nikmat yang harus disyukuri dan kita memuji Allah karenanya.
Hanya saja yang perlu diingat adalah, jangan sampai meyakini hamdalah atau ucapan syukur itu sebagai zikir/doa khusus setelah jima’, karena pada dasarnya tidak ada doa/zikir di waktu itu. []