Oleh: H. Subhan Nur, Lc, M.Ag
“Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,” Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat. ” (Hadis Hasan diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
HADITS ini menjelaskan tiga kelompok orang yang tidak tertolak, yaitu: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka, dan orang yang terzalimi.
Kalimat “Tiga orang yang doanya tidak tertolak” menjelaskan faktor-faktor dan ciri-ciri orang yang doanya cepat terkabul, baik untuk mencari diri sendiri maupun orang lain. Faktor pengabulan doa yang mementingkan yang melekat pada diri mereka, atau karena ketundukan kepada Allah ketika berdoa.
BACA JUGA: Ikhtiar Dunia, Jangan Lupa Berdoa
Para ulama hadis menjelaskan bahwa penyebutan bilangan “tiga” tidak menunjukkan pembatasan jumlah, tetapi hanyalah keterangan di antara orang-orang yang doanya cepat terkabul.
Pertama: Pemimpin yang Adil
Yang meminta kalimat “pemimpin yang adil” adalah penguasa wilayah yang mengurusi segala urusan manusia dan ia berlaku adil, mentaati perintah Allah dengan menyediakan segala kebijakan yang sesuai tempatnya. Penyebutan “pemimpin yang adil” didahulukan karena manfaat pengumuman serta penilaian yang diajukan terkait kepentingan publik dan hajat hidup rakyat.
Menurut Ibn Mandhur dalam kamus Lisan Arab, adil adalah sesuatu yang hawa nafsu tidak berpengaruh untuk menyimpang / lalim dalam suatu hasil. Adil merupakan putusan dengan jalan yang benar atau ditentukan dengan benar (Lisanul Arab, XI: 430).
Menurut Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, pemimpin yang adil ini adalah ia yang mematahkan ‘duri’ orang-orang zalim dan pelaku kriminal. Ia menjadi sandaran kaum dhuafa dan orang-orang miskin. Dengan menerima pemerintah yang adil, kesepakatan publik terselesaikan dengan aman, aman, dan aman.
Kedua: Orang yang Berpuasa
Kalimat “orang yang berpuasa sampai ia berbuka” termasuk orang-orang yang berpuasa sunnah dan wajib, khusus puasa di bulan Ramadhan. Terkabulnya doa orang yang berpegang teguh pada kekuatannya tidak kedekatan diri kepada Allah SWT, mengosongkan jiwa dari perkara mubah dan godaan syahwat.
Ibadah “lapar” ini menghasilkan kolaborasi yang kuat antara nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai pentingnya dengan mereka dari hasil dosa dan maksiat.
Oleh karena itu, orang yang meminta izin memanfaatkan momen berpuasa untuk memperbanyak doa dengan penuh keikhlasan dan ketundukan kepada Allah SWT dengan mengatur doa terkabulnya. Kalimat “sampai ia berbuka” menunjukkan masa terkabulnya doa tidak terkait dengan waktu-waktu tertentu, tetapi detik-detik waktu berjalan bersama sejak diterbitkan fajar sampai matahari terbit merupakan waktu mustajab.
Dalam kondisi darurat pandemik Covid 19 saat ini sebagai, doa orang-orang yang berpuasa Ramadhan dapat menjadi bantuan batin guna mengatasi wabah ini.Allah yang meningkatkan kualitas syukur dan sabar manusia dengan musibah, maka Dia juga yang mengangkatnya.
Allah yang membangkitkan manusia dengan rasa takut, maka Dia pula yang mengangkatnya. Manusia hanya berhasil dilahirkan dan mandi, namun hasil usaha adalah milik Allah semata. Untuk itu, umat Islam harus berusaha menajikan doa, karena tidak ada yang menolak wabah atau melenyapkannya tanpa doa.
Dalam sebuah hadis dari Salman al-Farisi, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada yang bisa menolak qadha ‘kecuali doa, dan tidak ada yang bisa menambah (kualitas) usia kecuali ketaatan.” (Hadis Shahih diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)
Ramadhan adalah momentum umat Islam untuk bersatu melawan Covid 19 dengan doa dalam berbagai peluang, secara individu maupun berjemaah. Berdoalah selepas shalat, berdoalah selepas tilawah, berdoalah dalam munajatmu di malam hari, berdoalah bersama keluarga setiap berbuka puasa dan sahur.
Karena Allah SWT memiliki sifat al Hayyu yang artinya malu, di mana Dia akan merasa malu jika hamba-Nya mengangkat kedua tangan seraya berdoa kepada-Nya namun Dia tidak mengabulkannya.
Dalam sebuah hadits dari Salman al-Farisi, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu. Maha Mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa.” (Hadis Shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
BACA JUGA: Sebab Dikabulkan dan Ditolaknya Doa
Ketiga: Orang yang Terzalimi
Kalimat “dan doa orang yang terzalimi” merupakan tantangan keras dan tantangan bagi para pelaku kezaliman baik individu maupun kolektif. Doa orang teraniaya atau yang terzalimi termasuk salah satu doa yang mudah diijabah oleh Allah SWT. Berhati-hatilah, karena ada dirinya dengan Allah tidak ada hijab. Sumpah, cacian dan kata-kata buruk adalah doa yang didengar Allah.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) terus-menerus dibuka oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa: 148)
Oleh karena itu, marilah kita menajamkan usaha dengan berdoa sepanjang bulan suci Ramadhan ini agar Allah SWT segera melenyapkan Covid 19 dari bumi Indonesia khusus, dan seluruh penjuru dunia pada umumnya. []
SUMBER: KEMENAG