Oleh: Raya Khodijah
“Happy birthday my sis. Semoga semua harapannya Allah kabulkan” sebuah pesan datang dari adik saya di Kota Kembang sana.
Saya tak menjawab pesannya dulu. Ada rasa gamang, tapi ada juga sedikit haru. Lima menit berselang, dia ucapkan itu dan mantion akun IG saya.
Hari lahir bagi sebagian orang mungkin sangat dinanti. Ucapan selamat, kado, dan perayaan dengan rekan kerja, sohib di kampus, atau bahkan dengan teman nongkrong.
Dulu, saya pun seperti itu. Rasanya sakit kalau sahabat dekat tak ucapkan itu. Sedih saat adik berlaga biasa saat hari lahir saya.
Tapi setelah membaca dan merenungi arti milad. Sebetulnya, itu tak perlu diberi ucap selamat. Karena sejatinya, milad seseorang adalah moment dimana usianya berkurang.
Rekan lain menjawab pendapat di atas dengan cara pandang berbeda. Kenapa tak ingin mendapat ucapan selamat ulang tahun? Bukankah saat itu banyak orang yang mendoakan?
Benar. Banyak yang mendoakan. Tetapi, jika nama kita mereka sebut dalam setiap doa, tidak saat milad saja, bukankah itu lebih manis? Apalagi kita adalah saudara seiman yang harusnya saling bertautan hatinya.
Hal itu pula yang ingin saya sampaikan padanya, adik saya. Saya harap, ia tak hanya mendoakan saya saat hari lahir saja. Tapi setiap hari. Apalagi kita ini saudara sedarah.
“Terimakasih doanya. Doain kakak tiap hari ya… Jangan hanya pas milad.” []