Sekira 20 dokter di Rumah Sakit di Cox’s Bazzaar Bangladesh saat ini merawat ratusan pasien berasal dari Rakhine. Mereka adalah para pengungsi yang menyelamatkan diri dari kekejaman militer Myanmar.
Para dokter yang tengah bertugas di Rumah Sakit tersebut, mengaku baru kali ini menangani luka seperti yang dialami para pengungsi Rohingya. Pada umumnya, mereka mengalami luka tembak, trauma dan luka tusukan
“Kami belum pernah melihat luka kekerasan seperti ini sebelumnya,” kata Dr. Shaheen Abdur Rahman Choudhury, kepala rumah sakit itu seperti dikutip dari ArabNews.
Salah satu pasien bernama Abdul Karim terbaring di sudut rumah sakit itu. Ia tidur di atas tikar sederhana. Abdul Karim mengalami luka di pergelangan kaki kiri dan bahu kanannya.
Saat itu, sekelompok tentara dan biksu Buddha menyerang desanya di negara bagian Rakhine. Mereka membakar rumah-rumah dan menghujani tempat tinggalnya dengan peluru. Peluru itu mengenai bahu dan kakinya.
Kini setelah sepekan dari serangan itu, bau busuk tercium dari pergelangan kakinya yang luka. Karim kemungkinan akan kehilangan kakinya.
“Kami membawa dia di atas selimut,” kata saudaranya Asir Ahmed, menunjuk bahunya untuk menunjukkan bagaimana keluarga tersebut membawa Karim dan berjalan berhari-hari untuk mencapai Bangladesh.
Pada pekan pertama para pengungsi datang, dokter di Rumah Sakit itu merawat 30 orang Rohingya karena luka tembak. Berikutnya, mereka merawat 50 orang lainnya. Rumah sakit tersebut sekarang mendirikan tempat perawatan terpisah untuk Rohingya.
Choudhury merasa khawatir para pengungsi yang mengalami luka tembak semakin parah karena mengarungi sungai-sungai kotor dan berjalan di udara yang lembab. Di perjalanan menuju tempat pengungsian, mereka tak mendapat perhatian medis.
Kepala Rumah Sakit itu mengatakan, rumah sakitnya akan membutuhkan lebih banyak bantuan dan uang untuk membantu para pengungsi Rohingya.
“Ini adalah situasi yang sangat menyedihkan,” tutupnya. []