PENYAKIT fisik mudah diobati dan dikenali oleh pancaindera manusia. Allah Yang Mahakuasa telah menganugerahkan obat di dunia material itu sendiri hingga manusia bisa memperolehnya dengan usaha yang memadai atau eksperimen. Berbeda halnya dengan hal-hal yang berkaitan dengan jiwa, karena jiwa bukanlah benda material.
Jiwa itu sendiri tidak bisa dipersepsi manusia dengan pancainderanya, karena jiwa bukanlah benda material. Oleh sebab itu, penyakitnya pun tidak bersifat material. Orang awam tidak mampu mendiagnosis penyakit spiritual. Manusia tidak memiliki kendali penuh terhadap gerak-gerik jiwa. Di samping itu, tidak ada manusia yang menguasai rahasia jiwa dan penyembuhan penyakit spiritual.
BACA JUGA: Cara Mengendalikan Jiwa ketika Marah
Berkenan dengan hal ini, Allah SWT berfirman bahwa Dia telah memilih segelintir orang dan memberi mereka pengetahuan tentang hal-hal gaib atau tak kasatmata. Dia telah menunjuk mereka sebagai dokter spiritual dan pembimbing umat manusia. Dia telah menunjuk Rasul Muhammad SAW, Rasul terakhir, sebagai penghulu semua pribadi suci ini.
Para rasul tak ubahnya gembala bagi umat. Mereka membawa bimbingan dalam segala aspek kehidupan. Rasul kita adalah pemimpin semua rasul. Dia adalah yang pertama dan yang terakhir dalam perkara ini. Allah SWT mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia.
BACA JUGA: Berpuasa Secara Jiwa dan Raga
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Dia mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. (QS Ali ‘Iman [3]:164)
Dalam ayat ini, kata “membersihkan” berarti menyucikan hati dari seluruh jenis penyakit spiritual. Dari ayat ini, kita memahami bahwa tujuan diutusnya rasul adalah untuk memberi pencerahan bagi hati manusia dengan cahaya hikmah, untuk menyucikan jiwa dari segala kotoran, dan untuk menghiasinya dengan segala kebaikan. Rasulullah SAW sendiri bersabda, “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” []
Referensi: Belajar Mencintai Allah/Penulis: Prof. S.A.H Dastaghib Shirazi/Penerbit: Pustaka IMaN