Oleh: Astri Anggraeni
anggraeni.astri123@gmail.com
TERINGAT di dalam rak buku ada buku yang pernah saya beli tapi belum tuntas saya baca. Saat saya beli buku itu sebenarnya saya kepincut dengan judulnya yang artinya jangan marah ibu. Sadar bahwa saya sendiri cenderung masih belum sabar. Dan harus terus belajar sabar.
Memang cukup tepat pilihan saya. Buku ini mengajarkan untuk mendidik anak “ tanpa” kemarahan.
Marah sebenarnya merupakan bentuk emosi yang wajar dan manusiawi. Marah boleh tapi gemar marah-marah tidak jelas,itu tidak boleh. Seringkali orang tua marah hanya untuk hal-hal sepele yang semestinya wajar dilakukan oleh anak seusianya. Misalnya, menumpahkan susu, tidak mau membereskan mainan, dan sebagainya.
Nah, marah seperti ini yang tidak boleh. Biasanya setelah marah, orang tua di dera penyesalan, dan merasa kasihan. Hmm, benar juga sih,kadang untuk hal-hal yang sifatnya sepele ini saya masih keceplosan marah, dan ujung-ujungnya nyesek di dada, minta maaf sama anak. Huhuhu…
BACA JUGA: Ibu Berbuat Dosa, Bolehkah Anak Memarahinya?
Padahal anak adalah amanah yang dititipkan Allah kepada orang tua. Maka, merawat,mengasuh dan mendidiknya adalah tanggung jawab orang tua. Saat kita marah maka apa yang terjadi pada anak kita? Secara fisik akan terjadi kerusakan sel-sel otak. Satu bentakan saja dapat membunuh lebih dari satu miliar sel saat itu juga.
Apalagi jika ditambah dengan pukulan dan cubitan, bermiliar-miliar sel akan mati. Secara psikis dampaknya lebih ngeri, anak akan terserang dyspepsia yaitu stres yang menyebabkan lambung menjadi lebih sensitif terhadap jumlah asam dan nyeri ulu hati. Anak menjadi introvert, pribadi yang tertutup sehingga enggan curhat sama orang tuanya,itu mah berabe banget ya. Hal lain yang terjadi anak akan merasa tidak pede dan penakut, bahkan mengalami depresi.
Kemarahan sebenarnya tidak akan mengajarkan apa-apa terhadap perkembangan anak kita, justru akan membuat renggang bonding antara orang tua dan anak. Ini sebuah petaka besar. Sebagai orang tua tentu kita tidak mau bila anak merasa tidak nyaman dengan orang tuanya sendiri karena takut dengan perilaku orang tuanya sendiri.
Rasulullah mendeskripsikan marah, beliau bersabda: “Ketahuilah! Sesungguhnya amarah itu bara api di hati anak cucu Adam, bukankah kalian melihat dua mata (orang memerah) dan urat lehernya membesar.” (HR. Tirmidzi).
Deskripsi Rasulullah ini menjelaskan betapa buruk wajah orang yang sedang marah, tentu setiap orang yang melihatnya akan takut untuk mendekati apalagi anak-anak.
Oleh karena itu di buku ini disampaikan sebisa mungkin kita hindari untuk terlalu cepat bereaksi secara emosional. “Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia….”(HR. Abu Dawud).
BACA JUGA: Anak yang Mengigit 2 Buah Apel untuk Ibunya
Nah, ada beberapa tips yang diberikan dalam buku ini agar orang tua bisa mengendalikan diri agar tidak marah :
1. Bersyukur dan bersabar
Dengan bersyukur, kita akan memaklumi keluguan dan kelucuan anak kita,bahwa mereka masih anak-anak. Alloh titipkan kepada kita sebagai pelipur lara. Tak selamanya anak-anak kita akan membuat rumah berantakan, ngintili kita kemana aja, bahkan mau BAB aja sulit yekan. Tak selamanya.
Ada masa justru kita akan merindukan masa-masa itu. Ada masa dimana kita akan merindukan kehadiran mereka setiap harinya. Ada masa saat mereka pergi meninggalkan kita, mengejar cita-citanya. Semua ada masanya.
Bersabar dalam pengasuhan, belajar menjadi ibu yang calm down atau take it easy, biasanya anak juga akan menjadi pribadi yang tenang.
2. Fokus pada kelebihannya bukan kekurangan
Allah menciptakan setiap anak degan segala hal unik yang dimilikinya. Kadang, sebagai orang tua kita kurang peka dengan anugerah yang Alloh berikan kepada anak-anak.
Sebagai orang tua lebih bijak bila melihat sisi lain dari hal-hal yang tidak kita anggap baik.
Fokus pada kelebihan lainnya yang baik. Ganti pola pikir kita misalnya anak ngeyel berarti inisiatifnya tinggi, susah di atur berarti jiwa kepemimpinannya tinggi, anak memecahkan gelas, fase belajar mengokohkan motoriknya.
BACA JUGA: Marahnya Seorang Muslimah
Belajar mengelola emosi saat marah sangat dianjurkan dalam islam salah satunya dalil hadis riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad ini, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, Allah akan panggil ia di hadapan para makhluk pada hari kiamat, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari (terbaik) yang ia inginkan.”
Memang semua butuh proses, paling tidak orang tua berupaya sungguh-sungguh untuk memperbaiki pengasuhan dengan “tanpa” marah.
Saya secara pribadi berharap bisa sabar banget seperti umma-nya Nusa Rara, tapi apalah saya yang ternyata ummanya Daniya. Keep Belajar terusss lah… []
#Kompaknulis
#OPEy2021bersamaRevowriter
#OPEy2021Day7
#Positifliterasi
#ReviewBuku