AIN merupakan penyakin yang disebabkan pandangan. Ain juga,merupakan salah satu bahaya yang seringkali tidak disadari oleh manusia.
Dalam kitab ‘Mukholafat Nisa’iyyah. 100 Mukholafah Taqo’ufiha I’Katsir mina ‘n-Nisa’bi Adillatiha ‘sy-Syar’iyyah’, Syaikh Abdul Lathif bin Hajis Al-Ghomidi menjelaskan, Ain merupakan dosa yang sering diremehkan, terutama oleh kaum perempuan.
Sebab bisikan hati yang selalu merasa kurang dan tidak puas kerap hinggap di hati wanita. Ia senantiasa melihat harta yang dimiliki orang lain dengan rasa kagum dan memandang remeh harta yang dia miliki, sehingga hatinya terguncang walaupun dunia beserta isinya telah ia miliki.
BACA JUGA: Suka Pamer di Medsos, Waspada Ain!
Dari perasaan yang terguncang inilah muncul pandangan kedengkian terhadap orang yang dianugerahi Allah kebaikan dalam hal agama ataupun dunia.
Allah Ta’ala berfirman :
وَإِن يَكَادُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَٰرِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا۟ ٱلذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُۥ لَمَجْنُونٌ
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.”(QS Al-Qalam : 51)
Dari Abu Dzar diriwayatkan bahwa ia berkata,”Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Pandangan mata itu bisa memasukkan seseorang ke dalam kuburan dan unta ke dalam periuk’.
Dalam riwayat lain beliau bersabda, “Bisa mengakibatkan kebinasaan” Dan yang mengherankan adalah bahwa kebanyakan umat Muhammad itu mati disebabkan karena Ain.”
Sebenarnya apa Ain itu? Apa bahayanya? Ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk pandangan mata, yaitu pandangan mata yang disertai rasa takjub atau bahkan iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya.
Sekilas ini terkesan mengada-ada atau sulit diterima oleh akal, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa ‘ain adalah nyata dan ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya”. (HR. Muslim).
Dari Aisyah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Berlindunglah kalian kepada Allah dari ain (mata jahat) karena sesungguhnya pengaruh ain itu haq( nyata). (HR ibnu Majah)
Dari Jabir diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Kebanyakan dari umatku meninggal dunia (setelah qadha dan qadar Allah) adalah karena jiwa” (al ‘ain).
Kadang teman dekat tidak akan selamat dari orang yang memiliki pandangan mata yang mencelakakan ini. Bahkan dirinya pun tidak akan selamat dari pandangan matanya sendiri.
Apabila orang yang memiliki Ain ini melihat kenikmatan yang dikaruniakan kepada seseorang, hendaknya ia ridha mendoakan keberkahan maupun kebaikan untuknya.
BACA JUGA: Terkena Ain, Ini 11 Tandanya
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif diriwayatkan bahwa ia berkata, “Suatu ketika ‘Amir bin Robi’ah r.a. berjalan melewati Sahl bin Hanif yang sedang mandi, lalu berkata, ‘Aku belum pernah melihat kulit seputih dan halus sebagaimana yang aku lihat ini’ Maka tidak lama kemudian, Sahl pun pingsan. Lantas ia dibawa menemui Rasulullah SAW. Lalu seseorang berkata kepada beliau, ‘Aku melihat Sahl jatuh terbanting.’ Beliau bertanya,’Siapa yang menyebabkannya demikian?’ Mereka menjawab, “Amir bin Robiah.”
Beliau bersabda, “Kenapa ada salah seorang di antara kalian yang membunuh saudaranya?! Apabila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan pada diri saudaranya, maka hendaknya ia mendoakan keberkahan untuknya.” Setelah itu, beliau meminta diambilkan air, lalu menyuruh Amir agar berwudhu, Amir pun segera membasuh wajahnya, kedua tangannya sampai siku, kedua lututnya, dan bagian dalam sarungnya, serta memerintahkannya agar mengguyurkan air ke seluruh tubuhnya. Beliau juga memerintahkan agar menumpahkan bejana tersebut dari arah belakangnya.” (Shahih Ibnu Majah)
Dari Ibnu Abbas diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ain itu benar benar ada. Seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, niscaya ia bisa mendahuluinya. Apabila kamu disuruh mandi, maka mandilah.” (HR Muslim) []
Referensi: Mukholafat Nisa’iyyah. 100 Mukholafah Taqo’ufiha I’Katsir mina ‘n-Nisa’bi Adillatiha ‘sy-Syar’iyyah’/Karya: Syaikh Abdul Lathif bin Hajis Al-Ghomidi/Penerbit: Al Qowam/ Tahun: 2019