DOSEN Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) kembali menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) pada Rabu (22/9/2021) sampai Jum’at (24/9/2021). Kali ini PkM ditujukan kepada remaja santri Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah kabupaten Purwakarta.
PkM yang diketuai oleh Dr. Achmad Junaedi Sittika, M.Pd.I, ini beranggotakan 2 orang dosen dan 3 orang mahasiswa. Tema yang diusung adalah “Penyuluhan Pendidikan: Membangun Keterampilan Abad 21 Berbasis Al-Qur’an dan Kearifan Lokal.”
BACA JUGA: Tingkatkan Skill Abad 21 Berbasis Al-Qur’an, Dosen UNSIKA Gelar Pelatihan Kepemimpinan bagi Santri
Sittika menjelaskan, kegiatan PkM ini merupakan aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai kontribusi nyata dosen UNSIKA dalam membangun pendidikan dan mensinergikan peran Tripusat Pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini merupakan bagian dari Amanah Al-Qur’an agar kita mempersiapkan generasi masa depan bangsa yang kuat dan kompeten sebagaimana disebutkan dalam Q.S. An-Nisa ayat 9.
وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا ٩
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An Nisa: 9)
“Saat ini keterampilan abad 21 menjadi kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh siapapun termasuk para santri. Mereka merupakan generasi Z atau i-generation yang berperan penting mengisi tantangan dan peluang kehidupan di abad 21. Mereka adalah generasi yang akrab dengan kemajuan teknologi terkini, intens dalam berkomunikasi, ekspresif, multitasking, intens berkomunikasi dan beraktivitas di media sosial. Kehidupan mereka seolah tak dapat lepas dari yang namanya teknologi intenet,” ungkap Sittika.
“Di tengah manfaat kemajuan teknologi, internet berpeluang membawa pengaruh negatif bagi santri manakala mereka jauh dari nilai-nilai Al-Qur’an bahkan melunturkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai warisan luhur bangsa. Sehingga para santri memerlukan penyuluhan sebagai wahana edukasi dan pembekalan bagi mereka.” Lanjutnya.
Saepudin selaku pengasuh YPI Al-Hidayah dalam sambutannya menegaskan bahwa santri harus menjadi aktor yang mengamalkan Al-Qur’an di abad 21.
Teknologi bukanlah sebuah bencana, namun merupakan sebuah anugerah dari Allah jika kita memanfaatkannya secara tepat dan bijak. Kendati teknologi adalah ciptaan manusia dan tidak mungkin bisa menyamai manusia sebagai ciptaan Allah, namun keberadaan teknologi di tangan orang yang tepat akan mampu membawa perubahan yang hebat.
BACA JUGA: 3.000 Artikel Dosen PTKI Terpublikasi di Jurnal Internasional
Sementara itu, Taufik BK, dosen UNSIKA, dalam pemaparan materinya mengatakan, “Kita santri yang hidup di Jawa-Barat adalah orang Sunda memiliki falsafah hidup yang harus dipertahankan di tengah eksistensi revolusi industry 4.0 yang menuntut serba digital dan serba modern. Ada pepatah Sunda mengatakan “sanes urang sunda mun lain muslim”. Artinya budaya nyunda nyantri memang sudah melekat bagi kehidupan santri. Orang Sunda tidak dapat dijauhkan dari nilai-nilai ajaran Islam yang berlaku dan membudaya di masyarakat. Dan kita selaku santri harus melestarikan nilai-nilai kearifan lokal Sunda yang memang sejalan dengan ajaran Islam tersebut,”
“Dalam kehidupan masyarakat Sunda kita mengenal falsafah silih asah, silih asih dan silih asuh. Pandangan hidup tersebut harus dijaga dan diamalkan oleh santri untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, kreatif dan komunikatif sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain dengan tetap bangga membawa jati diri bangsa sebagai orang Sunda yang Nyantri,” pungksanya. []
Oleh: Muhamad Taufik BK
(Dosen UNSIKA)