Kuwait – Dr Zakir Naik menegaskan bahwa sebelum menuduhnya sebagai teroris, seharusnya otoritas India berani membongkar paham ekstremisme yang dianut oleh sejumlah pemimpin Hindu di negara tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan KTV Al-Majlis, sebuah program di chanel Kuwait TV, Zakir Naik menegaskan bahwa Perdana Menteri India Narendra Modi merupakan penganut Hindu garis keras. Bahkan, ia pernah dilarang untuk memasuki negara-negara tertentu.
“Sekitar 15 tahun yang lalu ketika dia (Modi) adalah menteri utama negara bagian Gujarat, ada banyak laporan LSM bahwa dia bertanggung jawab atas pembunuhan 2.000 Muslim di wilayah tersebut,” ungkapnya pada Jumat (26/05/2017) kemarin.
“Dia juga dilarang masuk Amerika Serikat, Inggris dan banyak negara lainnya karena beberapa alasan. Namun, tiga tahun yang lalu, ketika dia memenangkan pemilihan sehingga menjadi perdana menteri, semua sangksi ini dihapuskan,” sambungnya.
Dr Zakir Naik menyesali pencabutan sanksi terhadap Modi. Sehingga ia leluasa mengunjungi banyak negara termasuk negara-negara Muslim. Selain itu, Naik juga menegaskan bahwa Partai Bharatiya Janata (BPJ) milik Modi jelas-jelas menentang Muslim. Naik mengharapkan sejumlah reaksi balasan sejak Modi berkuasa.
“Dia sedang mencari-cari sejumlah dalih untuk menghentikan aktivitas saya,” kata Naik.
Menurut keterangan Dr Zakir Naik, pihak berwenang India memanfaatkan serangan di Dakha untuk terus menangkapnya.
Selain Perdana Menteri Narendra Modi, Zakir Naik juga menyinggung seorang nasionalis Hindu yaitu Yogi Adityanath yang saat ini menjabat sebagai menteri utama Uttar Pradesh. Naik menekankan bahwa Yogi juga terlibat penindasan terhadap umat Islam.
“Keadaan demokrasi di India sedemikian rupa. Sehingga orang yang memiliki riwayat pernah miminta menggali kuburan Muslimah dan memperkosa mayat, saat ini telah menjadi menteri utama negara bagian terbesar,” tegasnya.
Dalam pembelaanya, Naik menyangkal bahwa dia telah menghasut terorisme melalui videonya. Bahkan, dia berani menantang siapapun pihak untuk memeriksa semua video debat dan khutbahnya yang tersebar di internet sejak 15 tahun terakhir.
Dia juga mengulangi pernyataan yang diungkapkan dalam sebuah konferensi pers di Kuala Lumpur pada bulan April lalu. Dimana dia menduga bahwa besar kemungkinan polisi India akan menyiksanya jika dia kembali ke negara asalnya.
“Saya bilang (pihak berwenang) saya siap memberikan wawancara di Skype, telepon atau konferensi video. Jika saya pergi ke sana, mereka akan menyiksa saya. Jadi mengapa saya harus pergi ke sana?
“Katanya pada sebuah konferensi pers setelah sebuah acara bertajuk,” Konvergensi 150 intelektual dengan Dr Zakir Naik: Melawan Islamofobia di Universiti Malaya Alumni Clubhouse pada 16 April.
“Siapapun diizinkan untuk berceramah dan menyebarkan ide-ide agama di negara tersebut,” pungkasnya.[]
Sumber: Free Malaysia Today