Oleh: Dr. KH. M. Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D
TERDAPAT dua pelajaran penting yang seringkali terlupakan oleh kita setelah Ramadhan. Padahal dua pelajaran tersebut merupakan misi utama dari puasa itu sendiri. Pertama, pada praktiknya mereka yang berpuasa tidak akan berani untuk berbuka puasa sebelum waktunya tiba sekalipun hanya kurang satu menit. Sikap ini lahir dari sebuah kesadaran yang tinggi secara psikologis bahwa dirinya meyakini adanya Dzat Yang Maha Pengawas yang tidak bisa dihindarkan dengan cara apapun. D idalam Islam, sifat ini disebut dengan ihsan yang digambarkan oleh Rasulullah SAW bahwa sembahlah Allah SWt seakan-akan engkau melihat Dia, dan jika kau tidak melihat-Nya maka Allah SWT melihatmu. Hal inilah yang pertama kali harus kita pegang dan tertanam di dalam diri kita.
Kedua, di dalam praktiknya mereka yang berpuasa akan merasa haus dan lapar di siang hari. Ini merupakan sentuhan fitrah sosial bagi seseorang untuk dapat ikut merasakan bagaimana lapar dan hausnya orang-orang yang memiliki kehidupan tidak sebaik kehidupan yang kita miliki. Di dalam Islam hal ini disebut dengan Itsar yang digambarkan Allah SWT bahwa dirinya senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain sekalipun dirinya membutuhkan.
BACA JUGA: Muslim yang Tinggalkan Shalat ketika Ramadhan Usai
Inilah dua pelajaran penting yang mesti lahir melalui madrasah Ramadhan yakni itsar dan Ihsan. Hal ini demikian harus tertanam di dalam hati melalui pemikiran bahwa di manapun kita berada Allah SWT melihat dan mengetahui kita, mampu menanamkan di dalam hati dan pikiran kita bahwa hidup ini dituntut untuk memiliki rasa kepedulian kepada orang lain, sebab tidak akan mungkin kita mampu mejalani hidup dengan sendirian.
Hal inilah yang harusnya lahir dan kita pertahankan dan ditindak lanjuti agar dua karakter dasar yang sangat fundamental yakni Ihsan dan Itsar di dalam diri kita sampai kemudian kita dapat memperbaharui pada Ramadhan yang akan datang.
Ihsan dan Itsar memerlukan pemeliharaan, terlebih lagi di dalam kehidupan di mana tarikan-tarikan dunia yang sangat luar biasa di dalam kehidupan ini, akan mampu menggerus dua keyakinan penting yang ada di dalam diri kita, sehingga kita berubah dan berperilaku menyimpang atau bahkan memiliki pola pikir yang baru, bukan lagi Ihsan dan Itsar, tetapi pola pikir yang pragmatis dan materialistis. Yang seolah-olah hanya ada kehidudan dunia semata dan tidak ada lagi kehidupan selain kehidupan dunia ini. Inilah yang kemudian digambarkan oleh Allah SWT di dalam al-Qur’an sebagai orang-orang yang memper-Tuhan-kan hawa nafsunya.
Dengan apa kita harus menjaga Ihsan dan Itsar ini, agar produk pendidikan Ramadhan ini tetap terjaga kesinambungannya sampai dengan Ramadhan yang akan datang.
Pertama, kita harus terus menerus mengkaji dan mempelajari Islam. Dan ketika mempelajari Islam agar tidak berbelok dengan kehidupan yang sesungguhnya, maka kita harus kembali kepada sumber yang benar yakni al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan memberikan dampak yang baik manakala kita mengikuti dan menjalankan pola Rasulullah SAW dan para sahabat di dalam memahaminya. Dan dari sinilah kemudian kita akan mengetahui apa saja yang di haramkan di dalam kehidupan sehari-hari kita.
Kedua, kita harus mampu memenuhi sumpah dan janji kita kepada Allah SWT. ketika kita masih berada di alam arwah kita telah berjanji untuk senantiasa mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Maka ketika di dunia ini kemudia Allah SWT meminta janji kita kepada-Nya jangan sampai kemudian kita justru merusak janji dan sumpah kita tersebut ketika berada di dunia. Inilah yang harus kita lakukan dari upaya kita untuk senantiasa belajar dan mempelajari agama Islam sebagai salah satu bukti atas janji kita kepada Allah SWT.
Ketiga, apa yang telah mampu kita lakukan, maka kita dituntut untuk mempertahankannya, jangan sampai apa-apa yang telah mampu kita lakukan kemudian mejadi berkurang. Sebagai contoh ketika kita sampai pada bulan Ramadhan, kita begitu giat di dalam membaca al-Qur’an dan hal inilah yang seharusnya kita pertahankan. Karena pada bulan Ramadhan tidak hanya yang wajib yang kemudian kita kerjakan, tetapi juga ibadah-ibaah Sunnah lainnya. Dan hal inilah yang kemudian harus kita pertahankan, bahkan kita harus menumbuhkan di dalam diri kita keinginan untuk menambah hal itu bukan justru mengurangi apa-apa yang telah mampu kita lakukan.
Dan lebih dari itu, kitapun tidak boleh lupa bahwa kemampuan untuk menjaga Ihsan dan Itsar, selalu merasa diperhatikan oleh Allah SWT dan peduli terhadap sesama, baru akan terjaga setelah kita berupaya dengen mepelajari dan mengamalkan Islam. Hal yang paling penting ialah seluruh kekuatan semata-mata berasal dari Allah SWT.
BACA JUGA: Ramadhan, Momentum Membumikan Al-Qur’an
Oleh karenanya kita tidak boleh berhenti untuk senantiasa berdoa memohon pertolongan kepada Allah SWT untuk dapat terus menjaga amal-amal kebaikan yang telah kita lakukan sehingga kemudian Allah SWT memberikan kekuatan dan kemampuan kepada kita untuk menambah dengan amal-amal kebaikan lainnya dan menjauhkan kita dari golongan setan yang merusak Ihsan dan Itsar yang telah kita tanamkan selama bulan Ramadhan untuk dipertahankan sampai dengan Ramadhan yang akan datang. Jika hal demikian telah melekat di dalam diri kita, maka terciptalah kehidupan yang aman, kehidupan yang tenteram dan kehidupan yang penuh dengan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT. []
SUMBER: CHOLILNAFIS.COM