17 Ramadhan biasa diperingati sebagai nuzulul quran atau hari diturunkannya alquran. Hari itu juga diyakini sebagai malam Lailatul Qadar. Padahal, banyak yang meyakini bahwa Lailatul Qadar itu jatuh pada malam-malam ganjil di penghujung Ramadhan. Hal ini seolah menunjukkan kerancuan.
Bagaimana sebenarnya soal Nuzulul Quran ini? Benarkan jatuhnya pada 17 Ramadhan?
Nuzulul Quran sebenarnya terjadi dalam dua periode. Yang dirayakan pada tanggal 17 Ramadhan, sebenarnya itu peristiwa turunnya Al-Quran periode yang kedua, bukan periode yang pertama. Saat itu yang turun sebenarnya hanya 5 ayat pertama dari surat Al-‘Alaq saja, tidak semua ayat. Mengapa hal itu diperingati?
Pristiwa itu jadi momen penting karena menandakan dua hal yaitu turunnya Ayat Quran pertama kali di masa Nabi SAW sekaligus momen Pengangkatan Muhammad SAW Sebagai Nabi
Maka ketika kita memperingatinya pada tanggal 17 Ramadhan sebenarnya yang kita peringati adalah momen turunnya 5 ayat pertama Al-Quran sekaligus momen peresmian kenabian Muhammad SAW.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan singkat tentang dua periode nuzulul quran:
Periode pertama
Turunnya Al-Quran periode pertama memang benar terjadinya di bulan Ramadhan, namun tanpa data kapan tanggal dan tahunnya. Hanya Allah SWT saja yang tahu tanggal dan tahunnya. Yang jelas terjadinya bukan di masa Rasulullah SAW, tetapi jauh sebelum itu.
Malam inilah yang selama ini kita maksud dengan Lailatul-Qadar, dimana tanggalnya tidak pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW secara pasti. Setidaknya kita menemukan ada begitu banyak sumber yang berbeda-beda ketika menetapkan tanggalnya.
Ada yang bilang turun pada 10 malam terakhir Ramadhan, yang lain bilang hanya malam-malam ganjil, bahkan ada yang bilang malam pertama Ramadhan, malam 17, malam 19 dan juga 10 malam pertengahan Ramadhan.
Perintiwa ini diabadikan penyebutkannya di dalam 3 ayat Quran yang berbeda, yaitu pada surat Al-Baqarah ayat185), surat Ad-Dukhan ayat 3 dan surat Al-Qadar ayat 1.
“Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran.” (QS. Al-Baqarah : 185)
“Sesungguhnya Kami turunkan Al-Quran pada malam yang diberkahi” (QS. Ad-Dukhan : 3)
“Sesungguhnya Kami turunkan Al-Quran pada malam Qadar.” (QS. Al-Qadr : 1)
Ketiga ayat ini bicara malam yang disebut Lailatul-Qadar yang sebenarnya bukan malam dimana Rasulullah SAW menerima wahyu pertama, melainkan turun dari sisi Allah SWT hanya ke langit dunia saja.
Ciri yang paling penting dari penurunan Al-Quran di periode pertama ini bahwa semua ayatnya turun sekaligus. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahuanhu :
“Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan sesudah itu sepanjang 20-an tahun.”
Turunnya Al-Quran di periode ini sebagaimana Ibnu Abbas katakan di atas, dari sisi Allah SWT atau kadang disebut dengan lauhil-mahfuzh, tidak ke permukaan bumi tetapi hanya sampai ke langit dunia saja. Al-Quran itu menunggu sejak Allah SWT turunkan pertama kali entah di masa yang mana, sampai datangnya masa kehidupan Rasulullah SAW di abad ke-7 Masehi, barulah kemudian turun pertama kali ke Gua Hiro di Mekkah.
Periode Kedua
Dari segi waktu, turunnya Al-Quran ini sepanjang 23 tahun. Namun 5 ayat pertama memang diturunkan pada tanggal 17 bulan Ramadhan. Tahunnya adalah 40 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Secara hitungan masehi, beliau SAW lahir tahun 571 dan diangkat menjadi utusan Allah pada tahun 610 M.
Ibnu Abbas radhiyallahuanhu ketika menafsirkan ayat: “Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (QS. Al-Isra’ : 105)
Beliau membacanya dengan farraqnahu yang bermakna kami pisah-pisahkan ayatnya, maksudnya diturunkan terpisah-pisah.
Ciri paling penting dari penurunan Al-Quran periode kedua adalah turunnya yang sedikit demi sedikit dan tidak secara sekaligus. Kadang turun 5 ayat, kadang 10 ayat, kadang hanya 1 ayat, bahkan pernah pula turun hanya beberapa kata. Misalnya dua kata dalam ayat 187 surat Al-Baqarah, yaitu minal-fajri (من الفجر) yang turun terpisah dari lafadz sebelumnya.
Turunnya Al-Quran pada periode kedua ini turun dari langit dunia ke permukaan bumi, yaitu kepada Rasulullah SAW, dimana pun beliau berada. Maka ada istilah ayat Makkiyah dan Madaniyah, karena saat itu Rasululah SAW berada di Mekkah atau Madinah, meski sesungguhnya kedua istilah itu mengacu kepada masa bukan semata-mata tempat. []
SUMBER: RUMAH FIQIH